MAJALENGKA - Mendengar klenteng, pasti Anda langsung merujuk ke sebuah rumah ibadah umat Tri Dharma atau penganut kepercayaan tradisional Tionghoa.
Kelenteng pada dasarnya berarsitektur tradisional Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain dari pada fungsi spiritual.
Namun, apa jadinya jika bangunan klenteng yang mayoritas digunakan oleh masyarakat Tionghoa ada di sebuah pesantren? Di Kabupaten Majalengka, ornamen bangunan kelenteng ternyata ada di halaman pondok pesantren.
Seperti yang terdapat di Pondok Pesantren Ar-Rahmat yang berada di Desa Weragati, Kecamatan Palasah. Pengasuh Utama Ponpes Ar-Rahmat, Adib mengatakan bangunan tersebut dibuat lima tahun lalu atau sekitar 2016.
Namun, ia mengaku bangunan yang mayoritas berwarna merah itu bukan dipakai sebagaimana klenteng pada umumnya. \"Jadi bangunan ini sehari-hari digunakan untuk Rumah Tahfidz bagi para santri di sini,\" ujar Adib saat ditemui di lokasi, Sabtu (10/4).
Diceritakan dia, bahwasanya dibangunnya bangunan mirip klenteng tersebut dibangun oleh pemilik atau pendiri Pondok Pesantren Ar-Rahmat yang bernama Ena Sarya Soemarna.
Saat itu, pemilik Ponpes Ar-Rahmat terinspirasi dari sebuah Masjid Cheng Ho yang berada di Surabaya.
\"Karena beliau berasal dari sana (Surabaya) jadi terinspirasi dari Masjid Cheng Ho itu. Beliau menginginkan adanya bangunan tersebut di Ponpes yang mulai dibangun pada 2005 lalu itu,\" ucapnya.
Ditemui di tempat yang sama, Pemilik sekaligus Pendiri Ponpes Ar-Rahmat, Ena Sarya Soemarna menjelaskan, ia tak hanya menduplikasi bangunan seperti Masjid Cheng Ho di Surabaya sana.
Lebih dari itu, ia ingin menyampaikan pesan bahwa para santri harus meneladani perjuangan Pangeran Cheng Ho yang ikut andil dalam penyebaran ajaran agama Islam di Indonesia.
\"Jadi kita terapkan ilmu toleransi kebudayaan di sini untuk para santri. Meski berasal dari Tionghoa, Pangeran Cheng Ho itu beragama muslim yang diteladani,\" jelas dia.
Bangunan yang dijadikan Rumah Tahfidz yang mirip kelenteng sendiri ada di bagian atap bangunannya. Tentunya, setiap sudut bangunan kelenteng memiliki makna filosofi di dalamnya.
Seperti atapnya yang berbentuk persegi delapan dan menyerupai sarang laba-laba. Angka delapan sendiri dipercaya sebagai angka keberuntungan karena tidak memiliki sudut mati.
Sedangkan, sarang laba-laba merupakan hewan yang menyelamatkan Nabi Muhammad dari kejaran kaum Quraisy.
Selain itu, di setiap ujung atapnya juga terdapat miniatur ujung kapal yang memiliki arti kalau Cheng Ho ialah sosok pelaut muslim dari China dan utusan perdamaian.