RAKYATCIREBON.ID-Pabrik Gula Sindang Laut Kabupaten Cirebon mengalami kerugian selama empat tahun berturut-turut. Oleh karena itu, pabrik gula tersebut dibekukan operasionalnya hingg waktu yang tak ditentukan oleh PT PG Rajawali II sebagai perusahaan yang menaunginya.
Sekretaris PT Rajawali II, Erwin Yuswanto, mengatakan kerugian tersebut buntut dari tidak optimalnya Pabrik Gula Sindang Laut dalam melakukan penggilingan tebu.Lebih lanjut Erwin menyebutkan bila tidak optimalnya penggilan tebu di Pabrik Gula tersebut karena minimnya pasokan bahan baku tebu dari para petani.
Erwin mengungkapkan, kerugian sudah terjadi sejak 2016 lalu. Tahun itu kerugian tercatat sebesar Rp 430 juta. Secara beruntun, sebutnya, kerugian terjadi di tiga tahun berikutnya; di tahun 2017 rugi sebesar Rp 1,5 Miliar, di tahun 2018 rugi Rp 5,5 M, kemudian terakhir, di tahun 2019 kerugian ada di angka Rp 1,5 M.
“Sejak 2017 manajemen sudah akan memutuskan untuk mengoperasikan 1 unit pabrik. Namun saat itu para petani berkomitmen akan meningkatkan suplai bahan baku tebu, serta karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Atas pertimbangan tersebut, akhirnya manajemen masih mengoperasikan 2 unit pabrik”, ungkap Erwin saat ditemui di PT PG Rajawali II, jalan Wahidin, kota Cirebon, Rabu (19/2).
Dikatakan Erwin, seiring berjalannya waktu, suplai tebu terus menurun. Hingga di 2019 suplai bahan baku tebu yang masuk ke pabrik hanya 58%. Oleh sebab itu, PT Rajawali II akhirnya memutuskan untuk menutup PG Sindang Laut dan hanya akan mengoperasikan PG Tersana Baru yang berlokasi di Babakan Gebang, Kabupaten Cirebon.
Erwin mengungkapkan, keputusan tersebut pun diambil setelah sebelumnya pihak manajemen menggandeng Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta untuk melakukan kajian dengan mempertimbangkan dua aspek, yaitu agar semua tebu milik petani dapat tergiling habis dan kondisi keuangan perusahaan semakin membaik.
“Hasil kajian menyimpulkan bahwa untuk tahun 2020, dengan suplai tebu yang ada, tidak memungkinkan untuk mengoperasikan dua pabrik. Dan manajemenn memutuskan hanya mengoperasikan satu pabrik, yaitu PG Tersana Baru dengan meningkatkan kapasitas gilingnya”, ungkapnya.
Erwin menambahkan, alasan tetap dioperasikannya PG Tersana Baru, di antaranya karena ketersediaan sumber air yang lebih mudah, peluang meningkatkan kapasitas giling sangat terbuka, dan kapasitas boiler yang cukup besar (4000 TCD).
Di samping itu, di PG Tersana Baru juga sudah diterapkan sistem monitoring pabrik berbasis IT (SCADA), dan biaya persiapan pabrik jauh lebih rendah dibanding mengoperasikan PG Sindang Laut.
Erwin mengaku, atas keputusan tersebut pihaknya pun telah mensosialisasikan kepada para petani tebu yang tergabung dalam APTRI dan Perhimpunan Petani Tebu Rakyat Indonesia PPTRI pada dua minggu lalu.
“Pada prinsipnya para petani menerima di 2020 untuk tidak mengoperasikan PG Sindang Laut. Namun mereka meminta agar kedepan bisa beroperasi kembali. Sebagai upaya mempertahankan operasionalisasi pabrik gula, Direksi telah mengirimkan surat kepada menteri perindustrian dan menteri perdagangan untuk dapat diberikan kuota Raw Sugar”, pungkasnya.
Diketahui PT PG Rajawali II adalah bagian dari PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang agroindustri, farmasi, dan perdagangan. (rmol)