CIREBON – Dinamika politik di Kabupaten Cirebon jelang Pilkada 2018 menarik untuk diperhatikan. Pasalnya pencalonan bukan saja didominasi oleh politisi, melainkan banyak juga dari birokrat dan kuwu. Demikian disampaikan mantan Ketua FKKC, Sukaryadi SE pada Rakcer, Selasa (6/6).
Menurutnya, saat ini ada dua kuwu yang maju mencalonkan diri, yakni ketua dan pembina FKKC. Jika melihat fungsi dari adanya wadah para kuwu itu, yakni untuk mengangkat harkat dan martabat kuwu juga melindungi dan membela kuwu saat menghadapi persoalan.
“Masing-masing calon dari kuwu ini punya basis massa. Terkait dukungan para kuwu, saat ini mungkin terpecah. Tapi saya meyakini pada akhirnya nanti akan satu suara,” paparnya.
Pendiri FKKC itu juga meyakini para kuwu yang mencalonkan diri sudah tahu resiko terberatnya seperti apa. Oleh karena itu, tinggal nanti dibuktikan dari rekom akan turun ke siapa.
“Saya sebagai pendiri FKKC hanya bisa tersenyum dan berharap semua calon diniati dari ketulusan hati yang paling dalam karena menjadi kuwu sekarang dengan dulu sangat beresiko,” jelasnya.
Masih disampaikan politisi Partai NasDem itu, pencalonan H Carkim yang berdasarkan musyawarah besar ini menimbulkan pertanyaan di kalangan kuwu.
“Banyak kuwu yang tanya ke saya terkait AD/ART FKKC. Satu sisi kuwu punya hak untuk dipilih dan memilih menjadi bupati. Bahkan ada yang bilang, dari pada mengantar calon lain mending mencalonkan diri saja,” terangnya.
Sukaryadi mengapresiasi kuwu yang memiliki kepercayaan diri tinggi, seperti yang ditunjukkan oleh kuwu Suranenggala Kidul, Cholid. Meski hasil mubes menyatakan Carkim yang maju, namun ia tetap memberanikan diri.
“Saya acungkan jempol dan memang itu yang harus dilakukan oleh kuwu bila ingin kedepanya nyaman,” ungkapnya.
Menurut Sukaryadi, kalau cinta FKKC, maka berpikir jernih. Artinya buang ego masing-masing, satu sikap maju menjadi bupati dan wakil bupati mau dari independen atau partai politik. Pemilihan bupati identik dengan pemilihan para tokoh, kuwu, kyai, peguyuban dan tokoh lainya.
“Pemilihan yang benar-benar dirasakan masyarakat itu ya Pilwu bukan Pilkada sebenarnya. Jadi kalau pilihan bupati itu tergantung kuwunya kalau kompak yakin menang,” imbuhnya.
Sukaryadi meyakini 2018 yang terpilih jadi bupati atau wakil bupati dari mantan kuwu. Sementara itu, tergugah mendengar isu bahwa kekuatan kuwu akan terpecah karena ada dua kuwu aktif yang mendaftarkan diri untuk maju pada Pilkada 2018, Kuwu Desa Gesik, Kecamatan Tengahtani, Agus Suara angkat bicara.
“Alangkah bahagianya jika dua kanidat kuwu bisa menjadi pasangan serasi untuk membangun Kabupaten Cirebon. Keduanya diharapkan bisa maju dalam satu paket,” kata Agus Suara kepada Rakcer, kemarin (6/6).
Dikatakan Agus, jika saja harapannya bisa terwujud, maka kekompakan dan kebersamaan seluruh kuwu tentu akan terus terjaga dengan baik. Karena dengan itu juga akhirnya kuwu mempunyai kekuatan besar untuk mengusung calon bupati dan wakil bupati.
Tetapi Agus juga sepenuhnya menyerahkan semua hal itu kepada PDIP yang menjadi tempat kedua kuwu, yakni Kuwu Suranenggala Kidul H Kholid dan Kuwu Desa Bungko mendaftar sebagai bakal calon bupati/wakil bupati. “Sebuah harapan kedua kuwu itu bisa mendapatkan rekom semua sehingga bisa menjadi satu pasang,” harapnya.
Namum lanjut Agus, sebagai kuwu yang memiliki organisasi sendiri yaitu FKKC, dirinya akan menghormati setiap keputusan yang dibuat bersama. Dia patuh pada keputusan organisasinya yang akan menghantarkan ketua FKKC H Moch Carkim untuk menjadi wakil bupati. (ary/dym)