Warga Etnis Tionghoa Bersiap Sembayang Bacang

Warga Etnis Tionghoa Bersiap Sembayang Bacang

JELASKAN. Pegiat Budaya Tionghoa, Jeremy Huang menjelaskan persiapan warga etnis Tionghoa Cirebon saat sembahyang bacang. Tradisi yang dikenal sebagai pe cun ini sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun. Tahun ini, sembahyang bacang bakal digelar pada Jumat--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Warga etnis Tionghoa Cirebon bersiap sembahyang bacang. Tradisi yang dikenal sebagai pe cun ini sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun. Tahun ini, sembahyang bacang bakal digelar pada Jumat (3/6) mendatang bertepatan  tanggal 5 bulan 5  Imlek 2573.
 
Pegiat Budaya Tionghoa Cirebon, Jeremy Huang menjelaskan, di Kelenteng Talang Cirebon saat sembahyang bacang  tepat pukul 12.00 WIB, warga Tionghoa beramai-ramai menyiram tubuh mereka dengan air sumur yang ada di depan kelenteng. Hal itu berkaitan dengan kepercayaan untuk mendapatkan rejeki bertambah. 
 
"Dan di hari sembahyang bacang ini tepat jam 12 jika kita meletakan telor di bawah terik matahari maka telor akan dapat berdiri tegak lurus, itulah misterinya di hari bacang. Tahun 1930 di kota Cirebon tepat di hari sembahyang bacang ada lomba mendayung perahu naga," kata Jeremy, kemarin.
 
Bacang merupakan makanan tradisional. Yakni daging cincang dalam nasi atau ketan dibungkus daun panjang. Daun panjang itu berasal dari daun bambu. Tetapi saat ini ada yang berisi sayuran disebut chaicang. Chai adalah sayuran, cang nasi yang dibungkus. Inovasi zaman ini bacang juga berisi telor asin bersama daging di dalamnya.
 
Bacang biasanya diikat berbentuk limas segitiga. Cara memasak bacang di Medan dengan di Bangka berbeda. Membuat bacang di Medan menggunakan ketan dalam keadaan mentah di sangrai dulu. Beras ketan dalam bacang bangka harus dimasak dulu sebelum dibungkus.
 
Bacang dibuat dari beras ketan sebagai lapisan luar; daging, jamur, udang kecil, seledri, dan jahe sebagai isi. Ada juga yang menambahkan kuning telur asin. Untuk perasa biasanya ditambahkan sedikit garam, gula, merica, penyedap makanan, kecap, dan sedikit minyak nabati.
 
"Tentunya yang tidak kalah penting adalah daun pembungkus dan tali pengikat. Daun biasanya dipilih daun bambu panjang dan lebar yang harus dimasak terlebih dahulu untuk detoksifikasi. Bacang biasanya diikat berbentuk limas segitiga," jelas dia.
 
Ditelisik sejarahnya, kata bacang diadopsi dari 'bakcang’ berasal dari dialek Hokkian. Bakcang menurut sejarah, muncul pada zaman dinasti Zhou berkaitan dengan simpati rakyat kepada peringatan atas Qu Yuan (339 SM – 277 SM) yang bunuh diri melompat ke Sungai Miluo.
 
Qu Yuan adalah seorang menteri negara Chu di zaman negara- negara berperang. Qu Yuan banyak memberikan ide untuk memajukan negara Chu di Tiongkok, bersatu dengan negara Qu untuk memerangi negara Qin. Namun sayang, ia dikritik anggota keluarga kerajaan bahkan berakhir pada pengusiran Qu Yuan dari Ibu Kota Negara Chu.
 
"Hal ini membuat dia sedih, akhirnya ia terjun ke Sungai Miluo. Pada tanggal 5 bulan 5 tercatat dalam buku sejarah Shi Ji. Rakyat yang kemudian merasa sedih kemudian mencari jenazah sang menteri dengan cara melemparkan bacang yang berisi nasi atau ketan dibungkus daun yang panjang, isi di dalamnya daging," kata Jeremy.
 
"Namun begitu, pengorbanan Qu sebagai bentuk kecintaan rakyat kepada pejabat yang jujur dan mencintai rakyatnya. Kejujuran dan kesetiaan pada rakyat akan selalu dikenang sepanjang masa," pungkas Jeremy. (wan)

Sumber: