Menabung 30 Tahun, Tukang Becak Naik Haji

Menabung 30 Tahun, Tukang Becak Naik Haji

BAHAGIA. Eme dan Icih, pasangan suami istri yang bersiap menunaikan ibadah haji setelah menabung selama 30 tahun.--

RAKYATCIREBON.IDMAJALENGKA - Pasangan suami istri asal Majalengka, Eme (65) dan Icih (62) yang kesehariannya sebagai pengayuh becak dan buruh serabutan ini sudah belasan tahun menabung dan bahagia akan menunaikan ibadah Haji. Warga Dusun Jatiraga Timur Desa/Kecamatan Kadipaten ini merasa bahagia karena cita-citanya segera terwujud.

Eme yang biasa mangkal di Pasar Kadipaten dan ditemui di rumahnya mengatakan, mulai berpikir dan bercita-cita menunaikan ibadah haji sejak kurang lebih 30 tahun lalu. Dia berusaha menabung dari hasil kerjanya mengayuh becak, sedangkan untuk makan dari sisa menabung dan hasil istrinya bekerja.

Dia terdorong oleh keinginannya untuk menjalankan seluruh rukun Islam. Syahadat katanya telah dilakukan, Salat juga demikian, bayar Zakat dilakukan manakala mendapat rezeki yang menurutnya harus dikeluarkan zakatnya. Puasa dia mengaku tidak pernah ditinggalkan walaupun harus bekerja keras.

“Ketika banyak orang menunaikan ibadah haji saya juga ingin walau kondisi ekonomi tidak sebaik orang lain. Tapi semua yang saya peroleh disyukuri. Ketika melihat tayangan televisi yang menyiarkan para jamaah haji melaksanakan tawaf, keinginan hati semakin kuat untuk berangkat dan sering bertanya dalam hati kapan bisa seperti mereka,” ungkap Eme.

Karena itulah sedikit demi sedikit terus menabung, setelah belasan tahun akhirnya uang terkumpul untuk bisa mendaftarkan haji bersama istrinya. Walaupun belum mencukupi seluruh ongkos yang disyaratkan pemerintah.

Setiap hari diwajibkan menabung berapapun nilai uang yang ada, setelah dikurangi kebutuhan sehari-hari dan pengeluaran uang bulanan untuk membayar listrik atau kebutuhan sosial di kampungnya.

Pendapatan Eme setiap harinya antara Rp30.000 hingga Rp50.000, sedangkan pendapatan istrinya tidak menentu tergantung ada orang yang menyuruh atau tidak. Untuk buruh tani di wilayahnya dibayar Rp60.000 per hari, itupun ketika musim tanam dan musim panen ikut derep bersama suaminya.

Tahun 2012 setelah uang dianggap cukup untuk membayar Ongkos Naik Haji, keduanya langsung mendaftarkan diri. Saat itu keduanya berdasarkan nomor antrean bisa berangkat berhaji di tahun 2020.

Namun karena Covid-19 melanda, akhirnya keduanya baru bisa berangkat tahun ini masuk di kelompok terbang 11 gelombang pertama dengan jumlah 411 orang dari total jumlah jamaah asal Kabupaten Majalengka sebanyak 533 orang.

Kloter 11 akan diberangkatkan dari Majalengka pada tanggal (11/6). Jemaah berdasarkan jadwal bisa masuk ke Asrama Haji Bekasi pukul 10.20 WIB.

“Tahun ini sebetulnya ada kekhawatiran tidak berangkat karena khawatir usia melebihi 65 tahun. Namun bersyukur Allah memberikan jalan bagi kami berdua bisa berangkat haji,” ungkapnya.

Sementara menurut Icih, beberapa temannya yang bareng mendaftar tidak bisa berangkat karena terbentur usia. Keduanya mengaku bersyukur bisa berangkat walaupun mereka mengaku sedikit bingung karena tidak memiliki bekal uang selama berada di Mekah.

Sisa uang yang ada dipergunakan seluruhnya untuk melunasi ongkos haji. Keduanya berbesar hati, karena biaya makan sepenuhnya ditanggung pemerintah dari uang yang disetorkan.

“Mudah-mudahan tidak ada halangan lagi, kami berdua diberikan kesehatan dan kelancaran selama beribadah di tanah suci,” ungkap Eme dan istrinya. (hsn)

Sumber: