Mahathir Inginkan Malaysia Ambil Singapura dan Riau, Haedar Nashir Ajak Tinggalkan Konflik Masa Lampau

Mahathir Inginkan Malaysia Ambil Singapura dan Riau, Haedar Nashir Ajak Tinggalkan Konflik Masa Lampau

Mahathir Mohamad--

RAKYATCIREBON.ID, YOGYAKARTA – Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad menyampaikan pernyataan kontroversial pada Minggu (19/6) dalam acara di Negara Bagian Selangor bernama Kongres Survival Melayu.

Dalam pidatonya, Mahathir mengatakan bahwa Malaysia menganggap kemenangan atas sengketa pulau Sipadan dan Ligitan di lepas Kalimantan melawan Indonesia di Mahkamah Internasional (ICJ) adalah sesuatu yang berharga.

Mahathir kemudian mendesak Malaysia untuk mengeklaim Singapura dan Kepulauan Riau sebagai bagian dari mereka.

“Kita harusnya tak hanya meminta Pedra Branca dikembalikan atau Pulau Batu Puteh. Kita juga harus meminta Singapura pun Kepulauan Riau, mengingat mereka adalah bagian dari Tanah Melayu (Malaysia),” ucap Mahathir Mohamad.

Menanggapi pernyataan Mahathir itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir meminta tokoh Malaysia dan Indonesia meninggalkan konflik masa lalu dan melangkah maju untuk mencapai kebersamaan di masa depan.

“Semua tokoh di Malaysia dan Indonesia mestinya berusaha untuk meninggalkan potensi-potensi konflik di masa lampau agar kita melangkah ke hal baru, ke masa baru, dan ke masa depan yang mewariskan kebersamaan ASEAN,” ujar Haedar di PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Selasa (21/6).

Sebagai bangsa serumpun, menurut dia, seyogianya para tokoh kedua negara mampu menghadirkan pemikiran dan pernyataan yang saling menyatukan, bukan justru memicu perselisihan.

Indonesia dan Malaysia, menurut Haedar, bisa maju bersama dengan membangun kerja sama yang konstruktif di ASEAN.

“Sebaiknya kita lebih memproduksi pemikiran-pemikiran, pernyataan-pernyataan, dan langkah-langkah yang makin mengeratkan bangsa serumpun,” kata dia.

Haedar berharap retaknya hubungan Malaysia dan Indonesia cukup menjadi pengalaman di masa lalu.

“Cukuplah bagi generasi Indonesia maupun Malaysia pengalaman di masa lalu yang meninggalkan bekas yang tidak sederhana dalam relasi Indonesia Malaysia,” ujar Haedar Nashir. (fajar/rakcer)

Sumber: