Kepemimpinan Sunan Gunungjati Harus jadi Teladan

Kepemimpinan Sunan Gunungjati Harus jadi Teladan

DOKUMEN. Para pegiat sejarah dan tarekat di Cirebon berdiskusi terkait kepemimpinan di Cirebon. Mereka sepakat Sunan Gunungjati harus dijadikan teladan kepada daerah dalam memimpin Cirebon.--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Pembahasan mengenai kepemimpinan di Kota dan Kabupaten Cirebon terus menghangat. Dari warung kopi hingga simposium resmi. Seiring sudah dimulainya tahapan Pemilu 2024 oleh KPU. 
 
Banyak yang sepakat, Cirebon baik wilayah kota maupun kabupaten, punya sosok teladan perihal kepemimpinan. Yakni Syekh Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunungjati. 
 
Keberhasilan sang wali dalam memimpin Cirebon harus dijadikan barometer kepemimpinan para kepala daerah saat ini maupun yang akan datang.
 
Pegiat Sejarah Cirebon, Mukhtar Zaedin mengatakan, kepemimpinan Sunan Gunungjati layak dibahas dan di adopsi. Mengingat, salah satu pokok persoalan Jawa Barat saat ini adalah kemiskinan. Ada 4 juta pendidi masuk garis kemiskinan.
 
"Dan termasuk juga di dalamnya terdapat 17 kabupaten yang memiliki kemiskinan ekstrim. Bahkan Kabupaten Cirebon juga masih masuk di dalam daftar tersebut," kata dia.
 
 
Pada masa Sununan Gunungjati, Cirebon menjadi episentrum perdagangan dunia. Sebagai bagian dari keluarga Dinasti Mamluk, Mesir serta  lawatan perjalanannya ke banyak negara termasuk ke Tiongkok, merupakan bukti luasnya jejaring Sunan Gunungjati.
 
"Beliau memiliki akses ke episentrum-episentrum dunia pada masanya. Dengan berbekal itu kemudian, Sunan Gunungjati melakukan konektivitas perdangan internasional tersebut dengan Cirebon, dan juga melakukan integrasi pembangunan Pelabuhan Cirebon dengan agro industri," jelas Mukhtar.
 
Pada saat itu, salah satu hasil bumi Cirebon adalah beras, kayu jati yang di gunakan sebagai bahan pembuatan perahu bahkan bangunan berupa masjid-masjid dan nirah.
 
Kesuksesan Sunan Gunungjati sebagai pemimpin, kata Mukhtar hendaknya dijadikan baro meter pemimpin Cirebon saat itu. Politik Sunan Gunungjati berorientasi pada kemakmuran masyarakat Cirebon saat ini.
 
 
Peneliti dan Ppenulis Buku Fatahillah, Panglima Aliansi Nusantara, H Sariat Arifia menegaskan  kesuksesan kepemimpinan Sunan Gunungjati adalah karena memperhatikan para fakir miskin. Sunan Gunungjati memerangi kemiskinan membuka peluang kerja besar.
 
Yakni dengan mengajarkan sistem irigasi yang baik, pembukaan lahan dan seterusnya. "Pada realitanya, sampai hari ini walau Sunan Gunungjati telah wafat, keberadaanya mampu memberikan kontribusi ekonomi secara positif kepada ribuan orang dan keluarga," kata Sariat.
 
Ketua Bidang Kajian Islam At-Taqwa Center, drh H R Bambang Irianto BA menguraikan, kualitas etos kerja  Sunan Gunungjati ini diimbangi dengan kualitas spirtualismenya. 
 
Yakni memiliki etik dan perilaku yang memukau sehingga di beri gelar dan terkenal sebagai Insanul Kamil. "Puji-pujian dan ajarannya ini tersurat dan terkandung di dalam tarekat-tarekat yang kemudian mengalir setelah masa Sunan Gunungjati," jelas Bambang. 
 
Dilanjutkan Bambang, secara teoritik, Sunan Gunungjati menerapkan kepemimpinan transformasional. Yakni kepemimpinan yang bisa memberikan perubahan baik kepada seorang individu maupun sistem sosial. 
 
 
"Pemimpin seperti ini biasanya menciptakan nilai dan perubahan positif bagi para pengikutnya dengan memberikan frase tujuan akhir dan menciptakan," katanya.
 
Terbukti, para pengikut Sunan Gunungjati banyak menjadi pemimpin juga. Seperti Raden Sepat, Sunan kalijaga, Sultan Trenggono, Adipati Keling,  Fatahillah dan Sultan Hasanuddin yang bisa tampil pada jamannya untuk berprestasi dan memiliki peran sesuai porsi masing-masing. 
 
"Sejarah mencatat, di tangan Sunan Gunung Jatilah persatuan nusantara itu terjadi, semua bersatu padu melawan penjajahan Portugis yang mencoba mencengkramkan kukunya di tanah Jawa dengan panglimanya Fatahillah atau Fadhillah Khan," tegas Bambang. (wan)

Sumber: