Bahan Baku dan Tenaga Terampil Problem Industri Rotan Cirebon

Bahan Baku dan Tenaga Terampil Problem Industri Rotan Cirebon

JELASKAN. Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Satori mengatakan dalam kondisi kekurangan bahan baku dan minimnya tenaga terampil saja, industri kerajinan tumbuh 40 persen pada 2021 lalu.--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Industri kerajinan rotan di Cirebon masih bergulat dengan dua masalah klasik. Yakni kekurangan bahan baku dan minimnya tenaga terampil penganyam. Padahal, kebutuhan ekspor kerajinan rotan sangat tinggi. 

Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Satori mengatakan dalam kondisi kekurangan bahan baku dan minimnya tenaga terampil saja, industri kerajinan tumbuh 40 persen pada 2021 lalu. 

"Andai bahan bakunya ada rasanya bisa naik ke 70 persen," ujar pengusaha asal Cirebon itu, kemarin. 

Hingga saat ini bahan baku rotan diperoleh dari hutan Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Pasokan rotan untuk industri kerajinan di Cirebon paling banyak didatangkan dari Sulawesi dan Sumatera. 

Sotori menjelaskan, adanya pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur juga turut mempengaruhi pasokan rotan. "Pengaruh ada tapi tidak seberapa. Karena rotan itu ada di mana-mana di Kalimantan Tengah ada, Kalimantan Selatan juga ada," jelas dia.

Terkait minimnya tenaga terampil, HIMKI telah mengusulkan banyak opsi. Salah satunya membuat pelatihan khusus bagi siswa lulusan SMA. Namun opsi itu mental lantaran banyak lulusan SMA pilih kerja di bidang lain.

"Padahal kalau kerja di bidang ini masanya akan panjang dan berkelanjutan," jelas Satori. 

Terkait penggunaan mesin anyam sebagai alternatif menunjang produksi, Satori menilai belum perlu. Sebab, nilai jual rotan sangat bergantung pada keunikan buatan tangan.

"Justru keunikan rotan itu karena hand made-nya. Nilai jualnya ada di kerajinan tangan," sebut Satori. 

Meski begitu, dia tak menolak jika ada perusahaan teknologi yang menciptakan mesin anyam rotan. "Tapi kalau ada mesin yang bisa anyam minimal 3 tipe anyam saja saya berani beli. Harga Rp100 juta saya beli," katanya.

Kebutuhan mesin anyam ini diperuntukan untuk produksi masal kebutuhan ekspor. "Sayangnya belum ada perusahaan yang bikin. Dan memang belum ada industri yang minat membeli," jelas Satori. (wan)

Sumber: