Ziarah Bersama Puncaki Haul Pesantren Buntet

Ziarah Bersama Puncaki Haul Pesantren Buntet

ZIARAH. Rangkaian haul Pesantren Buntet diakhiri dengan ziara bersama para kyai, santri dan warga ke Makbaroh Gajah Ngambung mendoakan para pendiri Pesantren Buntet.--

RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Gelaran haul Pesantren Buntet Cirebon telah rampung. Puncaknya pada Sabtu (6/8). Ziarah ke Makbaroh Gajah Ngambung menandai berakhirnya kegiatan agama tahunan di komplek pesantren terbesar di Cirebon ini. 
 
Ziarah merupakan rangkaian puncak haul Buntet Pesantren. Ribuan orang memadati kawasan makbaroh. Mereka datang untuk mengikuti tawasul, tahlil dan doa bersama yang dipimpin oleh para kyai sepuh. 
 
Lebih lagi haul tahun ini merupakan yang pertama digelar secara langsung setelah dua tahun terkendala pandemi Covid-19. Masyarakat pun menyambut antusias. Selain doa bersama, juga digelar pembacaan sejarah Pesantren Buntet.
 
Pesantren Buntet merupakan tempat syiar dan pendidikan Islam tradisional berbasis pesantren. Didirikan oleh Mbah Muqoyyim pada 1750 sampai 1785. Mbah Muqoyyim merupakan seroang mufti di Keraton Cirebon.
 
Di balik tumbuh dan berkembangnya Pesantren Buntet, kisah heroik Mbah Muqoyyom. Pasalnya, meski berasal dari keluarga Keraton Cirebon tak lantas membuat perjuangan Mbah Muqoyyim melakukan syiar Islam berjalan mulus. 
 
Pesantren pertama yang didirikan Mbah Muqoyyim di Desa Buntet dibabad habis oleh Kolonial Belanda karena dianggap mengancam kelanggengan penjajahan Belanda yang pada saat itu menguasai Cirebon. 
 
Meski begitu, perjuangan Mbah Muqoyyim tetap berlanjut. Lantas Mbah Muqoyyim mendirikan pesantren di Desa Mertapada Kulon. Namun tetap dikenal sebagai Pesantren Buntet. Eksistensinya sampai saat ini.
 
Setelah Mbah Muqoyyim wafat, Pesantren Buntet diteruskan oleh KH Muta'ad. Cucu menantu Mbah Muqoyyim yang juga dari kalangan keluarga Keraton Cirebon. Seiring waktu, Pesantren Buntet pun diasuh sederet kyai ternama. 
 
Yakni KH Abdul Jamil, KH Abbas Abdul Jamil, KH Mustahdi Abbas, KH Mustamid Abbas, KH Abdullah Abbas, KH Nahduddin Abbas hingga KH Adib Rofi'udin Izza. 
 
Dalam tausiahnya, Habib Hasanain bin Muhammad bin Yahya menyampaikan, ziarah ke makbaroh merupakan bentuk bakti kepada orang tua, guru atau sanak saudara yang telah mendahului. "Melalui ziarah, dikirimkan doa agar kebaikan terus mengalir," ujar Habib Hasanain. 
 
Habib Hasanain menambahkan, memuliakan orang tua atau guru merupakan kebaikan. "Dan itu dijelaskan dalam kitab Ta'lim Muta'alim untuk menghormati para guru," jelasnya. 
 
Khusus kepada yang telah wafat, lanjut Habib Hasanain, memuliakannya dengan cara mendoakan segala kebaikannya. Dan setiiap pelaksanaan haul, ziarah jadi agenda tak terlewatkan. (wan)

Sumber: