Tol Cisumdawu Segera Dioperasikan, Pemkab Majalengka Jangan Cuma Jadi Penonton

Tol Cisumdawu Segera Dioperasikan, Pemkab Majalengka Jangan Cuma Jadi Penonton

EKONOMI. Jalan tol Cisumdawu menurut beberapa pihak tidak terlalu berpengaruh terhadap masyarakat Majalengka. ISTIMEWA/RAKYAT CIREBON--

RAKYATCIREBON.ID, MAJALENGKA – Tol Cisumdawu ditargetkan beroperasi Februari mendatang, dan rencana tersebut disambut positif sejumlah kalangan di Kabupaten Majalengka.

Bahkan sejumlah tokoh mendesak Pemerintah Kabupaten Majalengka jangan hanya menjadi penonton, namun harus menjadikan hal tersebut sebagai momentum kuat kebangkitan perekonomian dan pembangunan di kota angin tersebut.

Korda ICMI Kabupaten Majalengka DR H Diding Badjuri MSi yang juga akademisi di Majalengka, justru mempertanyakan sejumlah persoalan.

Diantaranya upaya sinergi dan kolaborasi, dan langkah-langkah strategis mengantisipasi peluang dan tantangan beroperasinya tol Cisumdawu. termasuk pengembangan segitiga Rebana serta lainnya.

“Kata kuncinya adalah Pemerintah Kabupaten Majalengka harus merangkul semua pihak, untuk saling mengisi dan melengkapi agar Kabupaten Majalengka dapat mewarnai pembangunan di kawasan Ciayumajakuning serta segitiga Rebana,” paparnya, Kamis (26/1).

Meski demikian, Diding tetap optimis dengan beroperasinya tol Cisumdawu, maka implementasi pembangunan Kertajati Aerocity atau pembangunan kawasan Aerometropolis akan jalan dan menggeliat kembali.

“Perlu ada tol penghubung Majalengka, Ciamis, Tasikmalaya (Macita) yang akan menjadi poros penghubung wilayah utara dan selatan. Dengan adanya tol Macita, maka akses transportasi barang dan orang dari kawasan Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya ke BIJB akan lebih cepat dan mudah,” tambahnya.

Hal senada disampaikan Ketua Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI) Kabupaten Majalengka, DR Ir H Dadan Taufik SH MH MKn.

Keuntungan dibukanya tol Cisumdawu bagi masyarakat hanya sebatas mempercepat jarak tempuh dari Majalengka ke Bandung atau sebaliknya. Minimal dengan dibukanya tol akses ke Bandung maka waktu tempuh bisa menjadi singkat.

Namun bagi wisata di Majalengka tidak terlalu berdampak secara langsung. Namun jika bicara pertumbuhan ekonomi wisata secara umum, hal itu akan mampu menaikkan peluang.

Jika berbicara masalah wisata bukan hanya masalah destinasinya saja, melainkan banyak yang terkait misalnya kuliner, hotel, dan lainnya.

“Dulu orang yang akan ke Bandung atau dari Bandung menuju Majalengka akan mampir ke Kadipaten, namun tentunya jika tol itu dibuka maka orang tidak akan turun ke Kadipaten dan akan memilih langsung via tol. Sehingga dengan sendirinya Majalengka akan terlewat,” ujar Dadan.

Sehingga hal yang harus dipikirkan adalah bagaimana agar tol Cisumdawu berpengaruh bagi Kabupaten Majalengka. Solusinya diantaranya dengan memperkuat wisata, industri dan sejumlah sektor pendukung wisata lainnya.

“Jangan seperti sekarang konsep wisata di Majalengka tidak jelas arahnya. Begitu juga dengan industri yang tumbuh. Apakah kegiatan ekspor dan impor sudah bisa dilakukan dan dikuasai oleh Majalengka, kan sampai sekarang hal itu belum bisa. Maka semua perangkat harus  dipersiapkan,” terangnya.

Sehingga tol Cisumdawu belum sepenuhnya bisa menguntungkan Majalengka, karena Majalengka hanya gate exitnya saja. Justru menurut dia yang banyak diuntungkan adalah Sumedang, karena di Sumedang memiliki banyak gate (pintu) tol.

“Sedangkan di Majalengka yang diuntungkan hanya BIJB, dan siapa BIJB itu, ya provinsi. Sehingga saya kira dibukanya tol Cisumdawu tidak berdampak langsung kepada Majalengka, justru industri kecil dirugikan. Warung kecil di sekitar jalan Majalengka –Bandung akan bangkrut,” tambahnya.

Agar hal tersebut tidak terjadi seperti yang dialami para pedagang telur dan bawang di Tegal, maka harus ada action yang jelas dari Pemkab Majalengka. Jika bicara gate, tentunya sudah dan sangat terlambat. Maka jawabanya adalah penguatan sektor wisata, UMKM, industri dan lainnya menjadi sektor unggulan.

Dengan tidak adanya dampak secara langsung dari dibukanya tol Cisumdawu tersebut, maka Kabupaten Majalengka harus menjadi kota tujuan dan bukan hanya sebagai kota persinggahan.

Jika melihat histori zaman kerajaan maupun kemerdekaan, Kadipaten dan Majalengka  menjadi pusat perdagangan. Saat ini kondisi tersebut harus bisa dihidupkan kembali. Artinya, Pemda Majalengka harus menjadikan Kadipaten sebagai pusat industri dan perdagangan dan Majalengka sebagai kota tujuan.

“Harus ada langkah konkrit dari Pemerintah Kabupaten Majalengka dalam upaya menghidupkan hal itu, termasuk menghidupkan UMKM dan sektor wisata. Majalengka punya BPR, punya koperasi, caranya adalah dengan menjual uang murah untuk permodalan UMKM dan sektor wisata,” paparnya.

Pihaknya meminta semua pihak bergerak, termasuk dinas terkait harus mampu berinovasi dan jangan hanya membuat program yang aman namun harus mampu membuat terobosan yang kuat.

Sementara itu, Ketua Kadin Majalengka Redi Sugara mengatakan, beroperasinya jalan tol Cisumdawu hampir dipastikan mempunyai dampak positif  bagi masyarakat Majalengka. Khususnya dari aspek ekonomi, termasuk para pembisnis atau sektor pariwisata.

“Dampak yang bisa dirasakan adalah jarak tempuh yang akan semakin dekat, bagi masyarakat maupun pengusaha dan lainnya.  Sebelumnya jika melalui jalan Sumedang memerlukan waktu sekitar  4 sampai 5 jam menuju Bandung, sekarang kan bisa ditempuh hanya dengan waktu 45 menit,” ucapnya.

Hal itu akan berdampak pada sektor pemulihan ekonomi masyarakat Majalengka terutama bagi masyarakat yang ada di wilayah kawasan BIJB. Sebab salah satu tujuan dibukanya tol Cisumdawu, yakni menjadi bagian dari fasilitas pendukung untuk bangkitnya kembali penerbangan BIJB.

“Artinya masyarakat Majalengka akan merasakan dampak positif dari beroperasinya BIJB, karena nantinya akan ada lokomotif yang bergerak mendorong perekonomian termasuk bagi Kabupaten Majalengka,” pungkasnya. (pai)

Sumber: