Gunakan Teknologi, Ono Dorong Pembudidaya Ikan Pakai Sistem Bioflok, Ramah Lingkungan dan Hemat
Kepala BPKIL Serang, drh. Toha Tusihadi bersama Anggota Komisi IV DPR-RI, Ono Surono memberikan smart kit program budidaya sistem Bioflok kepada kelompok pembudidaya di Kota Cirebon. FOTO: ASEP SAEPUL MIELAH--
RAKYATCIREBON.ID, HARJAMUKTI - Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, melalui Balai Pengujian Kesehatan Ikan dan Lingkungan (BPKIL) Serang, bersama dengan Komisi IV DPR-RI, turun memberikan pelatihan kepada masyarakat di lima Kecamatan di Kota Cirebon, terkait dengan budidaya perikanan dengan sistem Bioflok.
Pelatihan dan Bimtek terkait Bioflok yang merupakan aspirasi Anggota Komisi IV DPR-RI Fraksi PDI Perjuangan dari dapil Jabar VIII, Ono Surono ST ini, digelar di Aula Kecamatan Harjamukti, Sabtu (17/06) akhir pekan lalu.
Kepala Balai Pengujian Kesehatan Ikan dan Lingkungan (BPKIL) Serang, drh. Toha Tusihadi menyampaikan bahwa ada perbedaan mendasar antara budidaya ikan metode konvensional, dengan sistem Bioflok ini, dimana dengan sistem bioflok, budidaya memanfaatkan teknologi, memanfaatkan bakteri-bakteri yang bersifat positif untuk memenej kualitas air.
"Kalau sebelumnya budidaya lele konvensional identik dengan air yang bau, dan tidak bisa dengan kepadatan sangat tinggi, dengan sistem ini, senyawa beracun dalam air, dimakan oleh bakteri, kemudian bakteri membuat secama pakan untuk ikan, selain memperbaiki kualitas air," ungkap drh Toha.
Dua keuntungan dari sistem Bioflok ini, lanjut drh Toha, pertama, dari sisi lingkungan tidak mencemari lingkungan, dan juga memberikan efisiensi pakan, karena bahan yang sebelumnya senyawa beracun menjadi bahan untuk makan ikan.
Untuk efisiensi pakan sendiri, sampai dengan pengujian saat ini, dijelaskan drh Toha, jika dengan sistem kolam konvensional, 1,1 sampai 1,2 kilogram pakan bisa untuk satu kilogram ikan, maka dengan sistem Bioflok, 0,8 kilogram pakan saja, bisa cukup untuk satu kilogram ikan, dengan kualitas yang lebih baik.
"Hasil lebih baik, kualitas daging lebih baik, dari citarasa dan dari bau. Jadi selisih sekitar 20 sampai 30 persen, karena prinsipnya, kotoran ikan diolah kembali menjadi bakteri untuk pakan," kata drh Toha.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR-RI Fraksi PDI Perjuangan, Ono Surono mengungkapkan, melalui aspirasinya, Ono membawa program budidaya ikan dengan sistem Bioflok, agar bisa dilaksanakan di lima kecamatan di Kota Cirebon.
"Saya upayakan satu kecamatan satu program Bioflok, maka kita memberikan ilmu kepada kelompok budidaya, sehingga mereka menjadi pionir dan menggerakan masyarakat di sekitarnya agar melakukan hal yang sama, sehingga pola pikir masyarakat berubah, tidak melulu menunggu bantuan dari pemerintah. Satu kelompok yang mendapatkan bantuan, akan diberikan delapan kolam," kata Ono.
Sementara itu, Camat Harjamukti, Yuki Maulana Hidayat SSTP menyampaikan, pelatihan budidaya perikanan dengan sistem Bioflok ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya di Harjamukti.
"Manfaatnya semoga bisa dirasakan oleh masyarakat, khususnya di bidang budidaya ini," ungkap Yuki.
Disebutkan Yuki, angka stunting di Kecamatan Harjamukti tertinggi se-Kota Cirebon, karena memang jumlah penduduknya terbanyak dibanding empat kecamatan lain di Kota Cirebon.
Dengan dilatihnya masyarakat untuk membudidayakan ikan dengan sistem Bioflok, kata Yuki, diharapkan menjadi salahsatu upaya intervensi untuk mendukung program pemerintah dalam menekan angka stunting.
"Selain bisa menghasilkan nilai ekonomis, dan bisa mendorong produktifitas masyarakat bisa naik, sehingga pendapatan masyarakat juga naik, ini juga bisa menjadi intervensi untuk menekan angka stunting, khususnya di Harjamukti," kata Yuki. (sep)
Sumber: