Merdeka Belajar Perspektif Ki Hadjar Dewantara

Merdeka Belajar Perspektif Ki Hadjar Dewantara

RM Soewardi Soerjadiningrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara.--

Oleh: Marselino Giovani Patu, S.Pd., M.Pd.


PENDIDIKAN merupakan salah satu unsur penting yang menentukan maju atau mundurnya peradaban suatu kelompok masyarakat atau bangsa. Bagi bangsa Indonesia, cita-cita memajukan dunia pendidikan merupakan usaha yang terus digaungkan dan diwujudkan sesuai amanah dalam pembukaan UUD 1945.

Oleh para pendiri negeri ini, kegiatan pendidikan pada hakekatnya diharapkan menjadi cikal bakal tumbuhnya semangat manusia Indonesia yang merdeka dalam arti positif baik jiwa maupun raga.

Selanjutnya, pasca kemerdekaan, aktivitas pendidikan diarahkan untuk menyiapkan generasi bangsa mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif, mampu beradaptasi dengan kemajuan yang ada, tidak minder dan mampu berdiri sejajar dengan bangsa lainnya dalam hal penguasaan teknologi dan pengetahuan dengan tetap berpegang teguh pada budaya asli Indonesia.

Sayangnya, cita-cita para pendiri bangsa telah tergerus seiring euforia anak negeri yang bangga menggunakan “produk luar negeri”. Lunturnya jati diri bangsa akibat masuknya budaya asing tidak hanya terbatas pada gaya hidup dan teknologi namun juga sudah merasuki dunia pendidikan.

Selama ini, kebijakan pendidikan kita lebih banyak mengadopsi konsep pendidikan asing, kita lupa bahwa sejatinya konsep dasar yang menjadi roh keberhasilan pendidikan di luar negeri itu umumnya bersumber dari pemikiran tokoh Pendidikan Indonesia yakni RM Soewardi Soerjadiningrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara.

Pendidikan merdeka yang dicetuskan dan dipraktikkan oleh Ki Hadjar Dewantara di Perguruan Tamansiswa pada hakekatnya bertujuan untuk memerdekakan peserta didik baik lahir dan bathin. Melalui kegiatan di sekolah peserta didik diharapkan mendapatkan bimbingan pendidik agar bakat anak diperkuat dan dipertajam.

Selain itu, anak didik juga tetap diberikan ruang untuk berkreasi dan berperilaku merdeka secara bertangungjawab demi terwujudnya masyarakat yang tertib damai, salam dan bahagia. Ungkapan salam dan bahagia dimaksudkan agar individu yang mendengarnya diharapkan selamat lahiriahnya dan bahagia batinnya.

Metode among menjadi kata kunci dalam filsafat Pendidikan merdeka belajar yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara. Konsep ini merupakan titik temu atas filsafat progresivisme dan esensialisme yang berpandangan bahwa setiap anak secara kodrati telah memiliki kemampuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul di sekitarnya (Suparlan, 2015).

Di sini, pendidik bertanggungjawab untuk membimbing dan membantu peserta didik agar mengeksplorasi kemampuan sesuai minat dan bakatnya masing-masing dengan tetap berpegang teguh pada budaya nasional bangsa termasuk nilai-nilai luhur Pancasila yang sudah teruji keampuhannya.

Saatnya Sekolah Bebas Berekspresi

Sudah saatnya sekolah menjadi tempat bagi guru dan peserta didik untuk bebas berekspresi. Sekolah harus menjadi tempat belajar yang menyenangkan, interaktif dan kreatif untuk menyiapkan peserta didik menerima bimbingan dan latihan bagi peningkatan kompetensi dan tercapainya cita-cita yang diharapkannya.

Esensi dari konsep pendidikan yang ditawarkan oleh Ki Hadjar Dewantara, meski hanya sebagaian kecil saja telah diadopsi namun secara substansial roh konsep tersebut telah dihidupkan lagi sebagai dasar filsofis dalam kurikulum merdeka. Membiarkan anak berkembang menurut bakat, minat dan aspirasinya telah selaras dengan harapan Ki Hadjar Dewantara agar anak bebas berkembang menurut kodrat alamnya.

Anak ke sekolah tidak lagi dihantui oleh rasa takut akan kegagalan. Mereka akan merasa bahagia ke sekolah karena tahu bahwa di sana bakatnya akan dihargai dan mendapatkan bimbingan untuk dikembangkan dan diperkuat sesuai cita-cita dan asa mereka.

Menerapkan sistem among di sekolah berarti pendidik akan berlaku seperti orangtua kepada anaknya sendiri yang tulus hati, rela berkorban mau melayani dan berusaha memahami karakter, bakat dan kemampuan masing-masing anak didik untuk dibimbingnya dengan penuh kesabaran.

Melalui penerapan merdeka belajar di sekolah, karakter anak didik Indonesia nantinya semakin diperkuat dengan nilai-nilai moral Pancasila yang terbentuk melalui kegiatan proyek profil Pancasila. Dengan demikian, generasi bangsa nantinya akan memiliki ketahanan diri dan berakar pada budaya sendiri dan tidak tergerus oleh masuknya budaya-budaya asing. Konsep pendidikan inilah yang pernah dipraktikkan Ki Hadjar Dewantara hingga Indonesia merdeka.

Bangsa Indonesia tentu saja tidak anti dan menutup diri pada budaya asing tetapi budaya asing itu perlu dipelajari dan diseleksi sebelum diadaptasi untuk dipakai pada kehidupan kita selanjutnya. Kekuatan bangsa kita akan semakin kokoh apabila kita dan generasi bangsa Indonesia selanjutnya dididik tanpa harus tercabut dari akar budaya dan nilai-nilai luhur warisan leluhurnya yang telah teruji dalam berbagai tantangan zaman baik dari dalam maupun luar negeri.

Implementasi kurikulum merdeka belajar ini memang perlu dievaluasi secara terus-menerus. Evaluasi bertujuan untuk memperbaiki kelemahan yang dialami pendidik di lapangan sehingga tujuan mulia pemerintah bisa terwujud.

Niat baik pemerintah dalam mengubah haluan pendidikan Indonesia secara ‘revolusioner’ akan berhasil apabila para stakeholders di sekolah baik pendidik, tenaga kependidikan, kepala sekolah dan komite sekolah tidak apatis dan mau menjadi agen perubahan untuk menjadi pelopor dan pelaku dalam mewujudkan implementasi merdeka belajar di sekolahnya. Semoga.(*)


Penulis: Sarjana UST Yogyakarta, Pendidikan Bahasa Inggris

Sumber: