Jika Masih Membandel, Warga Ancam Tutup Akses Proyek, Permintaan Kontraktor Ditolak Warga GSP
KEMBALI KE AWAL. Pemkot Cirebon yang memediasi, memutuskan agar semua pihak kembali menaati kesepakatan awal yang sudah dibuat antara IAIN, kontraktor dan warga. FOTO: ASEP SAEPUL MIELAH--
Bahkan, kata Bayu, setiap akan melakukan pekerjaan di malam hari, atau lembur, selain meminta persetujuan kepada MK dan PPK, pihaknya juga selalu mengkomunikasikan dengan warga melalui pemberitahuan.
"Semua ada runtutannya, contoh, kami menetapkan material, mendatangkan material, jumlah tenaga kerja, alat, semua kami minta persetujuan MK dan PPK secara tertulis, kalau tidak begitu tidak sah. Jadi, kami adalah bagian paling teknis di proyek," ujar Bayu.Dikatakan Bayu, MK dan PPK juga mengikuti perkembangan di lapangan, sehingga mencoba meminta waktu kepada warga sampai tanggal 20, meskipun tetap tidak dihiraukan dan warga tetap pada tuntutannya.
"Pekerjaan struktur, kami minta waktu sampai tanggal 20, padahal sisanya itu arsitektural, mekanikal, elektrikal dan plumping, tapi ditolak, saya kira tidak ada jalan tengah," kata Bayu.
Sementara itu, Ketua RW 12 Mulya Endah, Ahmad Jubaedi mengatakan bahwa warganya sudah melakukan berbagai cara untuk memperjuangkan haknya bisa beristirahat di malam hari tanpa terganggu pekerjaan proyek.
Setelah ada keputusan dari Pemkot sebagai penengah, yang menegaskan kembali kesepakatan awal untuk ditaati bersama oleh semua pihak, kata dia, warga pun menunggu, sejauh mana pihak IAIN dan kontraktor bisa komitmen dengan kesepakatan itu, juga melihat sejauh mana Pemkot komitmen memastikan kesepakatan bisa berjalan, dan memberikan ketegasan manakala ada pihak yang melanggar kesepakatan.
"Pengalaman pahit kami, kesepakatan tidak pernah ditaati. Statemen pa Sekda sudah jelas, sesuai harapan warga, merujuk kepada perjanjian awal, kalau masih dilanggar ya kebangetan," tegas Jubaedi.
Jika setelah ada penegasan dari Pemkot bahwa semua harus taat pada kesepakatan, kontraktor masih 'nakal', terutama soal jam kerja, dan Pemkot tidak memberikan tindakan, kata Jubaedi, maka warga pun tidak akan diam.
Warga mengancam akan menutup akses pintu masuk lokasi proyek, yang selama ini memang ada di jalan perumahan GSP.
"Sore nanti pukul 17.00 WIB sampai seterusnya harus tidak ada aktifitas, kalau masih ada, warga akan menutup akses jalan GSP, sebagai pintu keluar masuk proyek. Selama ini, komunikasi yang menjadi kurang, IAIN, dalam hal ini rektor sebagai pemegang kebijakan tidak punya ketegasan," kata Jubaedi. (sep)
Sumber: