Dokumen Intelijen Asing Sebut Jokowi Bisa Senasib dengan Bung Karno, Ada Aliran Dana 'Front CIA' untuk Pemilu

Dokumen Intelijen Asing Sebut Jokowi Bisa Senasib dengan Bung Karno, Ada Aliran Dana 'Front CIA' untuk Pemilu

Ilustrasi [Foto/Shutterstock] ----

JFK, ujar Greg, belum pernah berkunjung ke Papua dan baru sebatas mendengar saja. Barulah tahun 1963 ia menerima undangan dari Soekarno untuk berkunjung ke Indonesia dan membahas tentang program ekonomi untuk membantu rakyat Papua.

"Namun JFK tidak pernah tiba di Papua, karena ia tewas dibunuh," ujar Greg.

JFK tewas ditembak saat berkunjung ke Dallas dengan iringan mobil pada hari Jumat, 22 November 1963. Sementara JFK telah dijadwalkan berkunjung ke Indonesia awal tahun 1964 memenuhi undangan Soekarno. Bagi JFK, Soekarno adalah seorang nasionalis, dia tidak percaya proklamator Indonesia ini seorang komunis.

Jalan terbuka bagi Dulles setelah kematian JFK. Freeport pun menancapkan kukunya selama lebih dari 50 tahun di Papua. Dan Soekarno jatuh dari pemerintahannya setahun setelah kematian JFK.

Dalam satu wawancara antara Oliver Stone, sutradara yang membidani Film tentang JFK, seperti diberitakan oleh Daily Mail pada 28 Agustus 2016, mengungkapkan pengakuan seorang mantan anggota tim pengawal JFK bahwa pembunuh presiden muda yang nasionalis itu dilakukan oleh timnya.

Mantan pengawal JFK yang menderita kanker itu berujar: "seseorang dari tim kami... telah menembak Presiden."

Nama panggilan penembak itu, ujar mantan pengawal JFK itu adalah "Ron".

Hingga saat ini, Lee Harvey Oswald yang dituding sebagai penembak JFK. Ia dikabarkan menembak JFK dari lantai enam gedung Texas School Book Depository.

Dua hari setelah penembakan JFK, Oswald tewas ditembak oleh seorang pemilik klub malam, namun ada yang mengatakan dia bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri.

Dan hasil riset Poulgrain tentang peran eks bos CIA, Allen Dulles membuka tabir misteri kematian presiden yang diklaim brilian, nasionalis, dan antikolonialisme. 

"Melalui bantuan CIA, pemberontakan dapat diperpanjang selama dua tahun bahkan lebih sejak 1957/1958," tulis Poulgrain. Di pihak lain, Angkatan Darat kian solid untuk dapat mengalahkan para pemberontak. Juga pada waktunya menjadi kekuatan penyeimbang PKI yang dekat dengan Presiden Sukarno.

Menurut Tim Weiner dalam buku "Membongkar Kegagalan CIA", niat CIA untuk menyingkirkan Sukarno muncul setelah Dewan Keamanan Nasional lembaga intelijen AS itu memberikan sebuah laporan pada 9 September 1953. Dalam laporan tersebut dibeberkan bahwa situasi Indonesia sudah sangat menakutkan bagi Amerika Serikat.

Musababnya adalah Presiden Sukarno yang terlalu memberi angin bagi komunis untuk berkembang di Indonesia. Jika ini terjadi, menurut CIA, tak akan menguntungkan Amerika.


Laporan CIA tersebut terbantahkan dengan kunjungan Sukarno ke Amerika dan bertemu dengan Presiden Eisenhower. Wakil Presiden AS Richard Nixon yang turut mendampingi Eisenhower mengungkapkan pembicaraan dua kepala negara itu.

"Waktu itu dia meyakinkan Presiden Eisenhower dan juga seluruh rakyat Amerika, 'Aku tidak pernah risau terhadap komunisme. Aku bukan komunis. Percayalah, akan segera aku ringkus mereka kalau berani berbuat macam-macam," kata Richard Nixon seperti dikutip dari buku , Gerakan 30 September: pelaku, pahlawan & petualang' karya Julius Pour.

Toh CIA tetap melanjutkan rencananya untuk menyingkirkan Sukarno dari kursi Presiden RI. Direktur Dinas Keamanan Bersama (Mutual Security Agency) Harold Stassen memberikan masukan kepada Richard Nixon juga kepada Menteri Luar Negeri John Foster Dulles dan Direktur CIA Allen Dulles agar memikirkan pergantian rezim di Indonesia. Rezim Sukarno menurut CIA sangat buruk.


"CIA dengan serius mempertimbangkan pembunuhan terhadap Sukarno di musim semi tahun 1955," tulis Tim Weiner dalam, "Membongkar Kegagalan CIA".

Upaya menggulingkan Sukarno pun terus dirancang oleh CIA. Dari menyusupkan agen CIA cantik ke istana hingga memproduksi film porno mirip Sukarno.

Usaha CIA menggulingkan Sukarno berhasil di tahun 1965 saat meletus peristiwa Gerakan 30 September. Poulgrain menyebut keberhasilan tersebut tak lepas dari peran Allen Dulles mantan Direktur CIA. Allen Dulles menjadi Direktur CIA untuk dua Presiden Amerika Serikat yakni Dwight D. Eisenhower dan Kennedy.

Eisenhower melantik Allen Dulles sebagai Direktur CIA pada 26 Februari 1953 dan 10 November 1960 oleh F. Kennedy. Tahun 1965 saat detik-detik awal kejatuhan Sukarno, Allen Dulles memang tak lagi menjadi Direktur CIA. "Meski tak lagi menjadi Direktur CIA, pengaruh Allen Dulles waktu itu cukup kuat," kata Poulgrain. (*)

Sumber: