Siti Farida Tawarkan Solusi untuk eks Penggali Pasir di Argasunya

Wakil Walikota Cirebon, Siti Farida Rosmawati saat mengunjungi korban longsor tebing eks galian C sehari setelah kejadian. FOTO: ASEP SAEPUL MIELAH/ RAKYAT CIREBON--
CIREBON - Menindaklanjuti tragedi longsornya tebing di eks galian pasir di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon yang menewaskan kakak beradik beberapa waktu lalu, disusul adanya sejumlah warga yang memaksa tetap melakukan aktivitas beresiko dengan alasan ekonomi sehari-hari, alih profesi masih menjadi satu-satunya alternatif, agar masyarakat meninggalkan aktivitas menggali.
Selama ini, program alih profesi bukan sekali dua kali digalakkan Pemkot untuk masyarakat di Kelurahan Argasunya.
Namun, sampai saat ini belum bisa menghilangkan aktivitas menggali, dam terakhir beberapa waktu lalu kembali memakan korban jiwa.
Wakil Walikota Cirebon, Siti Farida Rosmawati mengungkapkan, alih profesi harus dimulai dari hulu, yakni dimulai dari memberikan pendidikan keahlian yang luas untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat.
Terlebih saat menggeruduk kantor kelurahan, para penggali pun mengakui bahwa mereka memiliki sedikit keahlian, karena kebanyakan hanya lulusan sekolah dasar.
Maka dari itu, Rida, sapaan akrabnya, menginginkan dan akan mendorong, agar hal pertama yang dilakukan adalah membekali masyarakat dengan berbagai keahlian, baik melalui pendidikan kesetaraan maupun berbagai kursus.
BACA JUGA:Langkah Akseleratif Transformasi BRI Tuai Dukungan Komisi XI DPR RI
"Saya menginginkan agar warga itu difasilitasi untuk bisa mengikuti pendidikan kesetaraan paket A, B, C dan berbagai kursus keahlian. Saya akan mendorong itu," ungkap Rida.
Kemudian, setelah itu, lapangan-lapangan kerja yang sesuai dengan keahlian dari pendidikan yang diberikan, akan mulai dibuka.
Salahsatu yang sedang ramai saat ini, sejalan dengan program Presiden RI Prabowo Subianto, untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis, warga di Argasunya bisa diarahkan untuk mengisi personel di dapur-dapur MBG yang sedang banyak dibangun di Kota Cirebon.
BACA JUGA:Anak Sekolah dan Lembaga Sosial Kenali Dunia Perkeretaapian di Indonesia Lewat KAI Daop 3 Cirebon
"Membuka lapangan kerja tentu. Salah satunya untuk tenaga di dapur MBG, tapi tetap dengan pelatihan dan tetap mengikuti tes kelayakan, karena satu dapur membutuhkan 47 karyawan. Saat saya berkunjung ke keluarga korban, saat itu warga disana banyak yang meminta pekerjaan. Artinya mereka juga sebetulnya mau alih profesi," lanjut Rida.
Selanjutnya, untuk persoalan lapangan kerja ini, Rida ingin mendorong peran-peran perusahaan swasta di Kota Cirebon, melalui Dinas Tenaga Kerja bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang menjadi mitranya.
Sumber: