Nelayan Tuntut Tanggungjawab Pertamina

Nelayan Tuntut Tanggungjawab Pertamina

RAKYATCIREBON.ID –Kondisi Pantai Balongan sejak beberapa hari lalu dikeluhkan masyarakat, terutama nelayan.

Bahkan dampaknya dirasakan pula oleh pengelola obyek wisata dan para pedagangnya. Pasalnya, air laut tercemari oleh ceceran solar yang diduga akibat kebocoran pada pipa distribusi di bawah permukaan laut setempat.

Dari informasi yang diperoleh pada Kamis (17/3), ceceran solar itu pertama kali ditemukan warga pada Senin (14/3) siang dan semakin parah pada Rabu (16/3) malam.

Warga mencium bau solar yang sangat menyengat. Air laut tidak hanya bau solar, juga terasa licin saat tangan dicelupkan. Lalu kondisi permukaan air laut di tepi pantai menimbulkan gumpalan buih kekuningan.

Terhadap kondisi tersebut, nelayan dan pedagang di obyek wisata Pantai Balongan Indah (Bali) 2 spontanitas melakukan aksi protes dengan membentangkan sejumlah poster di pinggir pantai. Mereka menuntut tanggung jawab dari Pertamina.

Seorang nelayan, Cabik (65) menuturkan, pada awal tercium bau solar ia sedang mencari ikan di perairan Balongan. Ceceran solar itu kemudian dari jarak cukup jauh terdorong ke pantai oleh hembusan angin dari arah timur laut. “Waktu ada bau solar itu jaring saya gak dapat ikan sama sekali,” ungkapnya.

Padahal, kata dia, dalam kondisi normal rata-rata hasil tangkapan ikan kakapnya bisa mencapai 10 kilogram. Dengan harga ikan kakap saat ini yang mencapai Rp50 ribu per kilogram, ia bisa memperoleh penghasilan sekitar Rp500 ribu per hari.

Keluhan serupa dikatakan seorang pedagang di obyek wisata Pantai Bali 2, Sriyati (40), akibat pencemaran tersebut penghasilannya menurun drastis. Biasanya ia bisa mendapat penghasilan di atas Rp100 ribu per hari dari hasil dagangan gado-gado. “Malah hari ini belum ada yang beli, pengunjungnya sepi,” sebutnya.

Sementara itu, Pengelola Pantai Bali 2, Akso Darmawangsa menegaskan, adanya pencemaran solar tersebut sangat berdampak pada aktivitas pariwisata di obyek wisata yang dikelolanya.

Minat pengunjung untuk berwisata menjadi menurun karena bau solar yang menyengat. Tidak sedikit pula pengunjung yang sudah masuk ke area wisata memilih pulang karena tidak nyaman. “Mereka (pengunjung, red) tidak bisa berenang dan mandi-mandian di pantai,” ucapnya.

Menurutnya, kondisi tersebut merugikan para pedagang di obyek wisata Pantai Bali 2. Pasalnya, pengunjung yang biasanya jajan di kios pedagang, tak sedikit yang memilih langsung pulang.

Meski demikian, hingga kini pihaknya tidak menutup obyek wisata Pantai Bali 2. Meski pengunjung tidak bisa mandi dan berenang di pantai, namun masih ada wahana lainnya di pinggir pantai.

Akso menambahkan, pencemaran air laut di Pantai Bali 2 kali ini merupakan yang ketiga kalinya. Sebelumnya, pantai itu juga mengalami pencemaran crude oil (minyak mentah) pada tahun 2018 dan 2020. “Kami berharap pencemaran tidak terjadi lagi,” pungkasnya. (tar)

Sumber: