Melihat Sejarah Majalengka dalam Bentuk Relief

Melihat Sejarah Majalengka dalam Bentuk Relief

RAKYATCIREBON.ID - Bangunan baru mirip rumah panggung berdiri di sebelah ukiran pahatan batu yang menggambarkan sejarah Majalengka. ‎Bangunan itu adalah sebuah gedung, di bawahnya memang sempit tidak sampai satu meter. Kolong rumah panggung itu tertata rapi, ada bebatuan putih ‎seukuran cangkang kerang ijo jadi alasnya. Tampak bersih, tidak ada satupun sampah.

Ketika diukur, jarak dari permukaan lantai dasar hingga lantai gedung panggung itu lima jengkal. Entah fungsinya untuk apa. Tapi bagus untuk main petak umpet. Game ala Sunda dapat dimainkan di sini. Di Taman Sejarah, Munjul Majalengka. Yang menarik di Taman Sejarah ini yakni ukiran permanen yang terpahat di batu berwarna kekuningan.

Rakyat Cirebon tak tahu nama batu jenis itu. Ukiran pahatan pada batu yang memanjang itu mendapatkan pujian sentuhan dari setiap pengunjungnya. Ketika Rakyat Cirebon ke sana. Selfie dan foto foto bareng. Ada warga yang kelihatannya berasal dari luar Majalengka. Bicaranya bukan Sunda. Mereka mengira dan asal menyebutkan, tentang ukiran dan batu itu berasal.

Sebagai informasi, ukiran yang terpahat di taman sejarah Munjul Majalengka itu dibuat selama tiga bulan lebih. Dikerjakan oleh para Perupa Majalengka atau lebih dikenal Seniman Peka. Di bawah komando Ketua Peka, Ade Realism. Pengerjaan pahatan pada batu kuning itu ‎dikerjakan dengan kesungguhan hati. Namun, seniman Peka juga ‎dibantu oleh seniman pahat dari Jepara.

‎Ketua Grup Madjalengka Baheula atau Grumala Majalengka, Nana Rohmana yang akrab disapa Mang Naro mengatakan, konsep taman Sejarah Majalengka menggambarkan situasi Majalengka dari mulai masa klasik kerajaan Talaga sampai zaman Kolonial Belanda tahun 1860 an .Ukiran yang ada di Taman Sejarah Munjul Majalengka itu terbagi dalam 6 fragmen atau segmen, yakni pertama masa Kerajaan Talaga sebagai salah satu kerajaan besar yang tercatat dalam naskah tua Bujangga Manik.

“Relief tersebut dikisahkan masa kekuasaan Seorang Ratu Talaga Nyimas Simbar Kancana dan penggambaran kehidupan rakyatnya yang bercocok tanam, juga terdapat peninggalan diantaranya Goong Renteng dan Meriam Cetbang,” ujarnya, Sabtu (29/1).

Ukiran kedua yakni Masa Perjuangan Ki Bagus Rangin sebagai tokoh Pahlawan Majalengka. Ukiran ketiga pembentukan Kabupaten Maja 5 Januari 1819 sebagai cikal bakal Kabupaten Majalengka, yang ditandai dengan diangkatnya Raden Tumenggung Dendranegara sebagai Bupati Maja 1819 sampai 1839.

Kemudian, 11 Februari 1840 keluarnya Besluit Belanda tentang perpindahan pemerintahan Maja ke Sindangkasih dan berganti nama menjadi Majalengka. Ukiran keempat, suasana perpindahan Pemerintahan Kabupaten Maja ke Sindangkasih tahun 1840.

Ukiran kelima, Masa Bupati Majalengka ke-2 yang dijabat RAA Kartadiningrat dimana terjadi peristiwa penting yaitu dibangunnya pendopo Majalengka yang dirancang pelukis kelas dunia Raden Saleh dan beliau sempat melukis bupati RAA Kartadiningrat.

Ukiran keenam masa pembangunan infrastruktur pemerintahan kolonial Belanda, diantaranya pabrik gula Kadipaten dan Jatiwangi terdapat juga pesta panen tebu atau badirian, dermaga sungai Cimanuk sekitar tahun 1860.

“Di sebelah ukiran pahatan itu ada Gedung Pameran Dekranasda. ‎Pengerjaan Relief dibagi dua. Segmen 1, 2, 3 dikerjakan oleh Tim Relief Majalengka dan segmen 4, 5, 6 Tim Relief dari Jepara,” ungkapnya. (hsn)

Sumber: