45 Hektare Sawah di Lojikobong Terendam

45 Hektare Sawah di Lojikobong Terendam

RAKYATCIREBON.ID - Puluhan hektare sawah di blok Jatinutug, Desa Lojikobong, Kecamatan Sumberjaya terendam banjir akibat luapan sungai Cikamangi dan Cibayawak setelah hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut serta air kiriman dari hulu.

Rendaman air mencapai kurang lebih 40 cm, sedangkan kondisi padi baru berumur satu bulan lebih dan sebagian diantaranya baru dilakukan pemupukan kedua. Akibat terkena banjir, pupuk terbawa arus dan petani harus melakukan pemupukan ulang serta menanami kembali sebagian tanaman padi yang rusak terkubur lumpur serta terbawa hanyut.

Menurut keterangan salah seorang petani, Riyan, banjir yang melanda sawahnya berlangsung hampir dua hari sejak Sabtu malam hingga Senin siang 8-10 Januari 2022. Sebagian tanaman padi rebah tertimpa lumpur dan sampah yang terbawa air.

“Sawah saya belum ketahuan kerusakannya seperti apa karena air masih merendam tanaman, tapi yang lain tanaman rebah terutama yang berdekatan dengan aliran sungai,” kata Riyan.

Hal senada disampaikan Udin, menurutnya banjir yang melanda wilayahnya setiap tahun terjadi saat hujan deras atau hujan terjadi di wilayah hulu. Maka air sungai Cikamangi meluap dan airnya merendam sawah.

Dia tidak mengetahui berapa nilai kerugian yang dideritanya dengan alasan air belum surut dan tanaman baru berumur satu bulanan. Rencananya dia akan menanami kembali tanaman yang rusak dengan bibit yang tersedia yang sengaja dicadangkan untuk mengantisipasi kerusakan akibat banjir, yang disebutnya untuk ngayuman.

Kepala Desa Lojikobong, Eman mengatakan ada sekitar 45 hektare sawah di wilayahnya yang terendam banjir. 6 hektare diantaranya mengalami rusak parah karena arus deras air yang meluap dari dua sungai Cikamangi dan Cibayawak. Areal sawah yang terkena banjir menurutnya, para petani terpaksa harus menanami kembali sebagian tanaman yang rusak.

“Di wilayah kami ini ada pertemuan dua sungai Cikamangi dan Cibayawak, ketika hujan deras air kerap meluap menggenangi sawah dan ladang pemukiman jika hujannya lama dan besar,” ungkap Eman.

Sebelum banjir yang terjadi sekarang, pihaknya sudah melakukan padat karya membersihkan aliran sungai dari sampah plastik dan pepohonan yang terbawa arus air sehingga menghambat aliran air di kedua sungai tersebut.

“Kemarin ini kami lakukan kerja bakti membersihkan sungai agar tidak terjadi banjir, karena waktu banjir pertama sampah plastik menumpuk, rumpun bambu dahan hingga pepohonan berada di sungai terbawa air. Sekarang malah banjir lagi,” kata Eman.

Banjir yang setiap saat melanda wilayahnya menurut Eman akibat endapan lumpur di kedua sungai sudah melebihi batas. Selain itu terjadi penyempitan di sejumlah titik sehingga sungai tidak bisa menampung aliran air dan kerap meluap setiap musim hujan. Dia berharap normalisasi sungai sepanjang kurang lebih 5 km di wilayahnya hingga perbatasan desa sehingga air bisa mengalir lancar. (hsn)

Sumber: