Maman: Dakwah Aswaja Mengajak Bukan Mengejek

Maman: Dakwah Aswaja Mengajak Bukan Mengejek

RAKYATCIREBON.ID –Tokoh muda NU, Kiai Maman Imanul Haq mengingatkan kembali tradisi Islam ahlus sunnah wal jamaah (Aswaja) dan Nahdlatul Ulama yang memiliki empat poin penting.

Pernyataan anggota DPR RI asal Jatiwangi Majalengka itu disampaikan kepada Rakyat Cirebon usai menghadiri acara Pelantikan PWNU Jabar, Rabu (15/12).

“Pertama, Islam merupakan energi untuk transformasi dan perdamaian. Islam adalah pedoman dalam kehidupan dan Islam adalah kekuatan kita untuk melakukan upaya-upaya pembelaan terhadap nilai kemanusian,\" kata Maman.

Pengasuh Ponpes Al Mizan Jatiwangi ini melanjutkan, sedikitnya ada daua ciri khusus dalam Aswaja. Pertama, tidak pernah mengkafirkan orang lain.

Menuduh yang lain sesat, tetapi justru Aswaja punya tradisi dakwah yang merangkul bukan memukul, dakwah yang mengajak bukan mengejek.

Menurutnya, tradisi Aswaja juga mempunyai tradisi pentingnya sanad keilmuan. Sehingga seseorang tidak semena-mena mengatasnamakan agama lalu melakukan kekerasan, melakukan diskriminasi, bahkan terorisme.

\"NU dengan prinsip Aswajanya menekankan pentingnya dia berguru pada siapa, bagaimana sanad keilmuannya dimana pesantrennya dan bagaimana afiliasinya,\" tegasnya.

Sedangkan yang ketiga, kata dia, NU di Indonesia ini untuk menjaga akidah Aswaja, menekankan kembali komitmen hubbul wathon minal Iman, mencintai tanah air adalah komitmen dari keimanan.

NU pun bergerak di seluruh bidang, tidak hanya bidang pendidikan, namun juga ekonomi bahkan kebudayaan.

Hadirnya pesantren-pesantren yang hampir 27 ribu, dengan 1,4 juta santri yang mukim dan penyebaran alumni itu mayoritas dimiliki NU.

\"Dengan kekuatan itu NU pernah memiliki presiden, hari ini wakil presiden, menteri, gubernur, dan terutama kiai-kiai di tengah kampung yang terus menyebarkan nilai-nilai perdamaian dan kecintaan terhadap Tanah Air,\" ujarnya.

Sementara poin keempat, kata Maman, komitmen dalam mencintai Indonesia. NKRI merupakan harga mati yang harus dijaga. Dengan NKRI inilah pemeluk agama bisa menjalankan ibadahnya dengan tenang.

“Juga hak milik setiap individu terjaga, keselamatan jiwa terjaga, dan peradaban bangsa dapat tumbuh dan dilestarikan,” imbuhnya. (pai)

Sumber: