Bangunan Plaza Panyaweuyan Roboh karena Faktor Alam
RAKYATCIREBON.ID - Robohnya struktur bangunan plaza atau gerai di objek wisata Panyaweuyan di Desa Sukasari Kaler, Kecamatan Argapura, diduga kuat akibat faktor alam.
Hal tersebut diungkapkan analis konsultan pengawas proyek milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Majalengka, Ahmad Manarul Huda.
Terkait kronologisnya, Ahmad menjelaskan, sebelumnya pada Sabtu (30/10) malam, terjadi hujan deras dengan tingkat curah diperkirakan di atas 50 mm/jam di lokasi proyek tersebut.
Ia menyebutkan, saat intensitas tinggi, air hujan yang terkonsentrasi tersebut belum disalurkan atau diarahkan keluar dari daerah pekerjaan atau tempat yang aman. Sehingga, kata dia, masuk meresap ke tanah yang belum stabil yang kemudian mengakibatkan pergerakan tanah di area pekerjaan.
\"Air di tanah tersebut mendorong dinding penahan tanah (bronjong), lalu dinding penahan tanah itu pecah dan mendorong struktur kolom yang ada di depannya. Sementara struktur tersebut belum begitu matang,\" jelas Ahmad.
Selain itu juga, Ahmad menambahkan, kondisi plat beton masih dalam proses pekerjaan bondek dan wiremesh. Sementara area yang terkena curah hujan belum seluruhnya terpasang bondek, maka curah hujan belum mampu ditahan secara maksimal.
\"Struktur bangunan belum terikat sepenuhnya, sehingga kekuatan struktur tidak saling mengikat antara struktur satu dengan struktur lainnya, ditambah kondisi kemiringan lereng terlalu curam,\" ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sukasari Kaler, Sanju membenarkan, bahwa di wilayah desanya itu telah terjadi bencana alam yang diakibatkan oleh peningkatan curah hujan sangat tinggi.
\"Memang benar, pada waktu itu curah hujan tinggi mengakibatkan abrasi tanah dan kerusakan pada sebagian konstruksi proyek pembangunan Gerai Plaza,\" katanya.
Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Majalengka berasumsi robohnya Gerai Plaza Panyaweuyan dipicu dari faktor alam. Hal tersebut berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari data visual yang telah dilakukannya.
Kabid Tata Ruang Dinas PUTR Kabupaten Majalengka, Mamat Surahmat melalui Kasi Perencanaan Bangunan, Iid Junaedi Rahman memaparkan, terkait robohnya struktur bangunan diduga karena adanya terusan air yang meresap ke bagian bawah bronjong, sehingga menyebabkan kondisi tanah tidak stabil yang akhirnya mengakibatkan sleding dan longsor.
\"Air hujan itu masuk ke bawah bronjong, sehingga bronjong itu berarti kan berada di tanah yang tidak stabil, lalu terjadi sleding. Ketika bronjong itu sleding menerpa ke pilar-pilar bangunan,” katanya.
Di sisi lain, menurut pencermatan berdasarkan data visual yang diperolehnya itu bahwa pelaksanaan pembangunan tidak bisa dilanjutkan, mengingat terdapat berbagai aspek yang harus dipertimbangkan.
Kalaupun dilanjut, dikatakannya, harus ada pendekatan dari segi konstruksi berkaitan dengan rencana awal. \"Ketika kejadian seperti ini, pendekatan konstruksi seperti apa yang bisa dilakukan selama masih tercover di dalam kontrak yang ada,\" jelasnya.
Sumber: