Umat Konghucu dari Berbagai Daerah Ritual Penghormatan Leluhur di Majalengka
RAKYATCIREBON.ID- Umat Konghucu dari berbagai daerah antusias mengikuti ritual sembahyang King Hoo Ping di Vihara Pemancar Keselamatan atau Klenteng Hok Tek Teng Sin, di Kabupaten Majalengka, Minggu (22/8). Ritual sembahyang itu dilaksanakan pada bulan ketujuh Imlek.
Ketua Vihara Pemancar Keselamatan, Edhi Subarhi mengatakan, sembahyang ini dilakukan untuk mengenang dan memberi penghormatan kepada para leluhur umat Konghucu yang telah meninggal dunia.
Mereka yang melakukan ritual dari berbagai daerah seperti Jakarta, Bandung, Bekasi, Cirebon, dan sejumlah wilayah lainnya yang sebelumnya mendaftarkan diri untuk melakukan sembahyang di Klenteng tersebut.
Sembahyang King Hoo Ping ini cukup berbeda dari biasanya. Umat Konghucu melakukan sembahyang di lima titik berbeda dengan aneka persembahan atau sesajen yang mencapai lima altar. Biasanya sembahyang hanya di dua altar.
Pengurus Klenteng menyiapkan aneka persembahan mulai bunga-bungaan. Seperti sedap malam, mawar, aster dan beragam bunga lainnya. Aneka minuman, makanan berupa kue basah, kue kering, bolu, nasi, daging, ikan, beras, serta aneka buah-buahan. Hingga meja berukuran besar penuh dengan persembahan.
Penataan aneka makanan untuk persembahan ini cukup menarik untuk dilihat juga dinikmati. Di samping altar, terdapat replika uang koin dan emas serta uang kertas berlapis emas. Selain itu, replika kapal-kapalan terbuat dari kertas hingga beberapa karung yang di bagian atasnya ditaburi uang kertas.
Untuk persembahan ini, tak hanya disediakan oleh pengurus Klenteng, namun mereka yang akan melakukan sembahyang bebas membawa makanan untuk persembahan sendiri. Sesuai keinginan atau makanan kesukaan leluhurnya.
Lita dan Lusi misalnya. Mereka datang bersama anggota keluarganya dari Bekasi untuk sembahyang sambil membawa aneka makanan untuk persembahan. Seperti kue, kornet, buah-buahan dan aneka makanan lainnya.
Demikian juga dengan Didi yang datang bersama sahabatnya dari Bandung membawa aneka persembahan. Mulai manisan, buah-buahan, beras, dan beragam persembahan lainnya untuk mengenang leluhurnya yang sudah meninggal.
Mereka dengan khusus mengikuti upacara yang dipimpin Ketua Vihara Edi Subarhi dan pengurus lainnya. Sedangkan umat Konghucu lainnya berada di belakang pengurus.
Upacara dimulai tepat pukul 12.00 WIB dan baru selesai sekitar 1,5 jam. Kemudian semua peserta mengikutinya dengan sangat khusyuk. Upacara ini lebih lama dibanding upacara hari besar lainnya, karena banyaknya altar yang disembahyangi dengan berbeda panjatan doa.
Upacara dimulai dengan memohon izin kepada Tuhan untuk menyampaikan permohonan maaf dan izin melaksanakan sembahyang sambil menghadap ke luar dengan hio dipegang masing-masing.
Butuh beberapa puluh menit untuk sembahyang ini, setelah itu para pengurus Klenteng yang sembahyang secara khusus tanpa diikuti oleh umat. Baru dilanjutkan di Altar utama di dalam ruangan dengan aneka persembahan persembahyangan. Dan sembahyang ini diikuti umat juga posisinya berada di belakang pengurus. Untuk posisi sembahyang, bagi perempuan berada di bagian kanan, dan laki-laki di bagian kiri.
Setelah itu pindah ke altar kedua yang berada di samping kiri yang berdoa untuk memohon petunjuk. Sembahyang juga dipimpin Edhi Subarhi, juga di altar berikutnya hingga altar terakhir di vihara.
Sumber: