Perajin Tali Desa Jagamulya Mengejar Rupiah, Sehari Hanya Dapat Rp20 Ribu
RAKYATCIREBON.ID - Memenuhi kebutuhan hidup di saat pandemi Covid-19 tidak lah gampang. Harga barang kebutuhan dapur melonjak, sementara pendapatan jalan di tempat. Belum lagi ditambah dengan beli kuota untuk kegiatan belajar daring anak-anak. Serba sulit.
Iyah (57), tampak terampil membelit-belitkan sebuah tali. Tali tersebut bukan dari bahan plastik. Namun berasal dari bahan alami.
Dia bersama dua orang pekerja yang membuat tali dari bahan dasar daun pandan itu terlihat telaten. Meski masih dikerjakan secara manual, namun Iyah tak banyak mengeluh.
Itu semua dilakukan untuk menghidupi kebutuhan makan dan kuota belajar anaknya.
Iyah sendiri merupakan warga Desa Jagamulya, Kecamatan Malausma, Kabupaten Majalengka. Desa Jagamulya memang terkenal sebagai sentra pembuat tali tambang berbahan dasar daun Pandan.
Ditemui di Blok Sindangsari Desa Jagamulya, Iyah sedang beraktivitas tali-temali, merapikan, lalu disusun setelah selesai dirangkai. Cuaca panas tidak dihiraukan. Jika hujan, Iyah dan dua temannya terpaksa berpindah ke tempat teduh.
Sambil terus menali tali, Iyah menyampaikan bahwa dalam proses pembuatan tali daun pandan itu, memang kerap dibantu dua orang. Satu orang bertugas memutar menggunakan alat berbahan kayu. Satu orang lagi bertugas menyambungkan daun pandan. Tujuannya agar pengerjaannya tidak amburadul dan tidak acak-acakan.
Iyah sendiri terkadang harus berjalan dengan posisi mundur hingga puluhan meter. Itu dilakukan berulang kali selama proses pembuatan tali. “Tali itu kan panjang. Maka proses berjalan kaki mundur itu terus saya lakukan berulang-ulang,” ungkapnya, Rabu (24/3).
Terkadang, yang dilakukan Iyah pun dilakukan oleh pekerja lain. Sementara, Iyah pun akan mengerjakan tugas memutar dengan alat bahan kayu itu. “Supaya tidak pegel. Jadi kami gantian,” ucapnya.
Dia menyebutkan, setiap harinya tali daun pandan selesai diproduksi sebanyak satu atau dua kilogram. Untuk satu kilogramnya dihargai Rp60 ribu. Upah pekerjaannya itu bukan untuk dirinya saja, namun Rp60 ribu itu harus dibagi bersama tiga orang.
“Sehari itu paling dapat Rp60 ribu dan dibagi tiga orang. Jadi untuk satu orang kita mendapat Rp20 ribu,” ucapnya.
Mereka memang terkadang mengeluh, karena hanya mengantongi upah sebesar Rp20 ribu saja dalam sehari. Namun dia berharap ada penghasilan lain, sehingga kebutuhan dapur dan jajan anaknya bisa terpenuhi secara lengkap.
“Harapan saya mah ada upah yang naik atau ada bantuan dari pemerintah. Situasi sekarang corona ini sangat terasa,” ujarnya.
Pekerja lainnya, Wati (45) mengatakan, masa pandemi Covid-19 ini terasa sangat berdampak terhadap anaknya, yang saat ini masih duduk di sekolah dasar. Wati kerap mengeluhkan kondisi belajar anak di rumah. Di rumahnya yang tak biasa menggunakan ponsel atau handphone, maka sering ditengok oleh gurunya.
Sumber: