Dulu Semburkan Lumpur, Kini Jadi Lokasi Kebanggaan
RAKYATCIREBON.ID - Sepekan sudah alun-alun megah nan eksotik di Majalengka, dibuka untuk umum.
Nuansa terakota dengan warna merah maroon mirip genteng itu, terlihat mencolok namun tetap elegan.
Keindahan baru memang selalu mengundang mata siapa saja untuk melihat dan mendatangi tempat itu.
Pantas saja ribuan warga Majalengka dari berbagi kecamatan, mendatangi langsung alun-alun yang baru itu.
Mobil pribadi hingga odong-odong laku keras membawa penumpang asal desa-desa, piknik dengan biaya yang ekonomis.
Beberapa puluh tahun ke belakang, di Alun-alun Majalengka yang kini megah berdiri, pernah terjadi luapan lumpur, pada 1910-1920.
Di sisi sebelah timur lainnya, yakni yang ditempati oleh Pegadaian dan Lapas, di sana juga pernah terjadi tanah ambles, cukup dalam.
Alun-alun yang megah ini, dulunya tempat titik lumpur.
Komunitas Grup Madjalengka Baheula (Grumala), dengan ketuanya, Nana Rohmana, membenarkan adanya peristiwa luapan lumpur mirip Lapindo.
Cerita tentang luapan lumpur di Alun-alun Majalengka memang ada. Itu cerita para sepuh yang masih hidup. Sebuah kisah aneh yang hampir punah.
“Sekitar tahun 1910-1920. Di tengah Alun-alun Majalengka, waktu itu terdapat pohon beringin. Di dekat pohon itu keluar lumpur dan membentuk kubangan,\" ungkap Naro memulai cerita, Senin (15/2).
Setelah kubangan lumpur berhenti, ada lagi kejadian alam lainnya, yakni tanah ambles di sekitar Roemah Pendjara. Kini menjadi Lembaga Pemasyarakatan Majalengka.
“Waktu itu luapan lumpur di Alun-alun Majalengka berhasil dihentikan karena ada keahlian dari seseorang yang bernama Raden Sunjaya Asnap. Entah dengan cara apa luapan lumpur itu bisa berhenti,” bebernya.
Kemudian, lanjut cerita Naro, atas jasanya waktu itu, Raden Sunjaya diberi lahan tanah yang cukup luas, yakni kereta (bendi) dengan kudanya yang gagah.
Sumber: