Bahas Sihir; Jika Mimpi Buruk, Segera Bangun dan Berwudhu
RAKYATCIREBON.ID – Setelah geger pembentukan Persaturan Dukun Nusantara (Perdunu) dengan agenda utama Festival Santet di Banyuwangi, di Cirebon Akademisi IAIN Cirebon, Dr H Suteja MAg membahas sihir dalam seminar virtual yang diikuti DPP Perempuan Bangsa, Sabtu (6/2). Pembahasan memantik rasa penasaran.
Sihir masih menjadi topik hangat di kalangan masyarakat. Lantaran dampak dari sihir itu menimbulkan kegaduhan sosial. Bahkan dalam kacamata agama, sihir dipandang sebagai perbuatan yang melanggar syar\'i. Demikian disampaikan Dr KH Suteja MAg pada meeting zoom yang digelar DPP Perempuan Bangsa.
Pada lintasan sejarah kenabian dan kerasulan, mukjizat yang dimiliki para nabi dan rasul oleh orang-orang terdahulu yang tidak segolongan dengannya, dianggap sebagai sihir. Padahal sesungguhnya antara sihir dan mukzijat sangat berbeda.
Sihir menurut Suteja, itu melalui perantara jin. Sedang mukzijat datangnya langsung dari Allah SWT. Sehingga sihir menjadi perbuatan yang di luar kelaziman dan bertentangan dengan syar\'i.
\"Jin itu bisa menyerupai ular, tikus, burung dan lainnya. Dan sihir menyerang syaraf otak manusia. Sehingga ini sangat bertentangan dengan syar\'i,\" papar Suteja.
Dijelaskan, jika ada yang bermimpi buruk, kata Imam Syafi\'i, sebaiknya segera bangun, mandi dan berwudhu, kemudian langsung melaksanakan salat.
Pada kajian materi sihir dan pencegahannya, banyak hal yang dikupas secara detail oleh narasumber Suteja. Materi ini tentu sangat memberikan pemahaman kepada audiens dan akan mampu menyimpulkan apa sesungguhnya sihir itu dan bagaimana menurut kacamata agama dan sosial.
Sementara itu, peserta kajian sihir dan pencegahannya lebih didominasi kaum perempuan. Yakni para ibu nyai perempuan bangsa dan lainnya.
Kegiatan ini juga melibatkan peserta dari DPP, DPW, DPC Perempuan Bangsa Se-Indonesia. Hadir juga Ketua Bidang Dakwah, Dr Hj Emas Masithoh M Noor SH MH juga pengurus DPP Perempuan Bangsa, Siti Mukaromah (Ketua Umum) dan Miftahul Janah (Sekjen).
Menurut Siti Mukaromah, kajian tersebut sengaja digelar untuk memberi perspektif lebih luas terkait hal-hal di luar kebiasaan seperti sihir. Dalam perspektif agama, kata dia, sihir bagian dari objek keyakinan.
“Dalam ranah dakwah, tentu kita ingin ada pandangan yang lebih moderat. Karena bangsa kita adalah bangsa yang religius,” tuka Siti. (wan)
Sumber: