Lebih Dekat dengan SEJUK, Serikat Jurnalis Pembela Keberagaman
NAMA Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) di kancah nasional sudah tak asing. Apalagi bagi jurnalis yang pro terhadap keberagaman dan pemenuhan hak-hak warga negara terutama kalangan minoritas. Serikat ini lahir untuk merespon masih adanya diskriminasi terhadap kelompok minoritas oleh kelompok mayoritas bahkan negara.
Momentumnya yakni pada saat penyerangan aktivis yang tergabung dalam Aksi Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) yang merayakan Hari Kelahiran Pancasila di Monas, 1 Juni 2008 oleh ormas agama. Di tahun yang sama SEJUK didirikan oleh jurnalis dan aktivis HAM.
SEJUK aktif memberi ruang diskusi dan berbagi bagi para jurnalis tentang kebebasan berekspresi, beragama dan berkeyakinan. Seperti yang saat ini dilakukan di Cirebon.
Selama tiga hari, Jumat - Minggu (22-24/1), 20 jurnalis dari Cirebon dan daerah lain di Jawa Barat diikutkan dalam Training & Story Grant Jurnalisme Keberagaman Ciptakan Media Inklusif untuk Semua di Jawa Barat.
Manager Program SEJUK, Thowik mengatakan, kegiatan ini merupakan yang pertama di gelar di Cirebon secara langsung dengan menerapkan protokol kesehatan dan dinyatakan negatif Covid-19 melalui rapid test antigen.
\"Tahun pertama di Cirebon. Kalau yang online sering melibatkan teman-teman Jurnalis dari Cirebon dengan konsep yang sama yaitu berbagi dan berdiskusi tentang perspektif kebebasan beragama,\" ungkapnya kepada
Rakyat Cirebon.
Jurnalis yang diikutkan telah mengirimkan proposal liputan terkait kebebasan beragama dan berekspresi melingkupi isu agama atau kepercayaan, etnis, gender, serta orientasi seksual. Proposal yang lolos akan mendapat story grant untuk melanjutkan liputan lapangan.
\"Cirebon selama ini ada dorongan pesantren dan ulama moderat sepertinya kuat. Disisi lain apakah isu terorisme. Apakah jadi perhatian teman media. Kemudian isu terkait orientasi seksual dan kaum disabilitas,\" ujar Thowik.
Selain itu, juga untuk mengajak jurnalis untuk secara serius memandang isu keberagaman di Cirebon. \"Bagaimana pandangan publik di Cirebon itu kota toleran kemudian tantangan bagaimana media memberitakannya lebh lanjut,\" tambah Thowik.
Sejumlah jurnalis yang menjadi peserta Training & Story Grant ini pun mengaku terbantu. Lantaran mendapat materi yang relevan terkait kerja-kerja jurnalistik terkait peliputan keberagaman dan kebebasan berekspresi.
Arif Rohidin, jurnalis Cirebon Bagus mengatakan, dia sudah dua kali mengikuti kegiatan SEJUK. Dari kegiatan itu Arif mengaku mendapatkan pemahaman segar terkait perspektif kebebasan, HAM dan feminisme.
\"Ini dua kedua kalinnya saya ikut kegiatan SEJUK. Dan saya banyak mendapatkan masukan yang positif untuk meningkatkan kerja-kerja jurnalistik saya,\" tukas Arif. (wan)
Sumber: