Maulud Nabi Muhammad, “Nyiram Gong Sekati” Upaya Keraton Kanoman Cirebon Rawat Tradisi
\"Kalau kakek atau moyangnya dulu jadi penabuh Gong ya sampai sekarang anak cucunya hanya menabuh gong saja tidak yang lain,\" kata dia.
Mereka yang memiliki keturunan sebagai penabuh Gong Sekati secara otomatis memiliki tanggung jawab terhadap alat musik yang dipegangnya.
Oleh karena itu, Gong Sekati merupakan salah satu benda pusaka peninggalan Keraton Kanoman yang tidak biasa. Sementara itu, pada prosesi pencucian di Musala Keraton Kanoman Cirebon, warga maupun pengunjung rela berdesakan mengambil air bekas cucian Gong Sekati.
\"Masyarakat meyakini itu barokah karena prosesi pencuciannya dibarengi dengan membaca doa. Air bekas pencucian dipakai untuk persawahan, pertanian dan lain-lain,\" kata dia.
Pada masa Sunan Gunung Jati, Gong Sekati menjadi salah satu alat untuk mensyiarkan Islam. Warga yang melihat dan menikmati alunan musik Gong Sekaten, harus dengan rasa suka cita.
Konon, pada masa Sunan Gunung Jati, warga yang melihat dan menikmati musik Gong Sekati harus membaca dua kalimat syahadat sebagai imbalannya. (*)
Sumber: