Maulud Nabi Muhammad, “Nyiram Gong Sekati” Upaya Keraton Kanoman Cirebon Rawat Tradisi
RAKYATCIREBON.ID-Meski dalam kondisi Pandemi Covid-19, tradisi dan ritual menjelang puncak Maulid Nabi Muhammad SAW tetap digelar. Keraton Kanoman Cirebon mempunyai cara sendiri dalam merawat gong sekati dan seperangkat gamelan peninggalan Syekh Syarif Hidayatullah atau biasa dikenal Sunan GunungĀ Jati.
Tradisi yang dilakukan secara turun temurun dari Kesultanan Kanoman Cirebon itu, biasa dilakukan setiap 7 Maulud atau Rabiul Awal. Ritual tersebut dipimpin Patih Keraton Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran.
Salah satunya dengan mencuci alat musik tradisional Gong Sekati Keraton Kanoman Cirebon.
Gong Sekati tersebut akan ditabuh seminggu sebelum memasuki puncak Maulid Nabi yang biasa dikenal dengan upacara Panjang Jimat. Gong sekati dicuci untuk ditabuh mengiringi tradisi Gamelan Sekaten.
\"Setelah dicuci malamnya ditabuh terus tiap hari sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan sampai puncak acara Panjang Jimat di Keraton Kanoman,\" kata juru bicara Keraton Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina, Minggu (25/10/2020).
Ada yang berbeda dibandingkan ritual pencucian gong sekati dari tahun sebelumnya. Jumlah pengunjung yang datang ke lokasi pencucian dibatasi.
Abdi dalem kasepuhan mengawal ketar prosesi pencucian gong sekati agar tidak menimbulkan kerumunan. Sebab, biasanya usai ritual pencucian, warga saling berebut air hasil mencuci gong sekati tersebut.
Diketahui, Gong Sekati ini sudah berusia sekitar 750 tahun, tetapi masih bisa ditabuh. Padahal, sebagian besar kondisi gong sudah rapuh.
Ratu Arimbi menjelaskan, Keraton Kanoman memiliki perlakuan khusus dalam merawat Gong Sekati peninggalan Sunan Gunung Jati. Prosesi ritual pencucian seluruh alat musik gamelan itu menggunakan bahan alami.
\"Dicuci setahun sekali sebelum dicuci ada ritual membaca doa dulu saat dicuci juga dibacakan doa berharap agar saat tradisi gamelan sekaten berlangsung tidak ada kendala seperti suara gong jadi fals dan sebagainya,\" ujar dia.
Para nayaga atau pemain Gong Sekati Kanoman Cirebon saling bergantian membawa alat musik tabuh mereka untuk dicuci. Setelah dicuci, mereka pun menaburkan tanah merah atau bata merah yang sudah ditumbuk halus di atas alat musik tradisional itu.
Tumbukan bata merah tersebut kemudian dioleskan ke seluruh badan alat musik menggunakan serabut kelapa. Ratu Arimbi menyebutkan, selain menggunaan air doa, pencucian Gong Sekati menggunakan air kelapa hijau yang sudah di fermentasi.
\"Ini salah satu cara kami membersihkan benda peninggalan nenek moyang khusus Gong Sekati Kanoman Cirebon agar ketika ditabuh terdengar syahdu,\" ujar dia.
Selain usianya yang sudah ratusan tahun, diketahui para nayaga atau pemain Gong Sekati adalah orang terpilih. Ratu Arimbi menyebutkan para penabuh Gong Sekati merupakan turun temurun dari kakek maupun nenek moyangnya.
Sumber: