Dinkes Majalengka Gencar Sosialisasi Program Bebas Pasung

Dinkes Majalengka Gencar Sosialisasi Program Bebas Pasung

RAKYATCIREBON.ID-Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka mencatat sedikitnya ada 1.100 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) hingga tahun 2019. Rata-rata penderita ganguan jiwa akibat faktor bawaan 60% dan sebagian karena masalah kehidupan dan depresi.

Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Alimudin, saat menyambut pemulangan ODGJ di Aula Dinas kesehatan Majalengka, Selasa (14/01).

Ali mengungkapkan, pada 17 Desember tahun lalu pihaknya telah mengirimkan sebanyak 32 ODGJ untuk dilakukan pengobatan di RS Jiwa Marzoeki Mahdi, Bogor.

Pada tanggal 17 Desember kemarin kita telah mengirimkan 32 orang dengan ganguan jiwa (ODGJ) untuk dilakukan pengobatan di RS Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor. Selama 21 hari, para ODGJ mendapat pengobatan di rumah sakit tersebut.

“Alhamdulilah hari ini mereka kembali dengan banyak perubahan mereka sudah kelihatan normal tapi perawatan masih tetap berjalan,” ungkap Ali kepada Kantor Berita RMOLJabar, Selasa (14/01).

Selain itu, pada tahun 2018 pihaknya melakukan perawatan dan pengobatan ODGJ sekira 13% dan pada tahun 2019 mencapai 70% telah diberikan pengobatan dan perawat di RS Jiwa.

“Diharapkan dengan pengobatan dan perawatan secara bertahap ini jumlah ODGJ di Majalengka akan berkurang. Sekaligus merealisasikan tekad Majalengka bebas pasung di tahun 2020,” jelas Ali.

Sementara itu, Promotor kesehatan jiwa Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Iyep Yudiana mengingatkan, para pasien pasca rawat ODGJ harus rutin meminum obat dan berkonsultasi dengan dokter pada puskesmas maupun rumah sakit setempat.

“Tak lupa, pihak keluarga juga harus menjalin komunikasi hangat dengan pasien pasca rawat ODGJ,” kata iyep.

Disamping itu, dirinya meminta pihak keluarga untuk membiarkan pasien pasca rawat ODGJ beraktivitas. Aktivitas yang dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi pasien dan dilakukan bertahap.

“Kepulangan ke-32 pasien pasca rawat ODGJ Kabupaten Majalengka, sebagian besar dikatakan pulih terkontrol. Fungsi fisik seperti bisa jalan, fungsi sosial seperti bersalaman dan bertegur sapa, mereka bisa lakukan,” imbuhnya.

Selama di RSMM sendiri, pasien pasca rawat ODGJ memang diberikan aktivitas harian. Selain pemeriksaan kesehatan kejiwaan secara rutin, juga diberikan bimbingan rohani, olahraga, kesenian dan penyaluran hobi.

“Saya berharap fungsikan kembali mereka karena mereka juga punya cita-cita untuk kembali berada di tengah-tengah masyarakat bisa hidup secara normal lagi,” tandasnya. (rmol)

Sumber: