Permintaan Tinggi, Produksi Bata Merah Malah Jeblok

Permintaan Tinggi, Produksi Bata Merah Malah Jeblok

MAJALENGKA - Berkah musim hujan tah hanya dirasakan petani, juga bagi perajin bata merah di desa Nanggerang kecamatan Leuwimunding. Sayangnya, tingginya permintaan bata merah tidak diimbangi dengan produksi yang cukup. 
\"perajin
Perajin bata merah di Majalengka berhenti beroperasi. Foto: Hasan/Rakyat Cirebon
Salah seorang perajin bata merah, Atun mengatakan, pesanan dari berbagai daerah seperti Jakarta, Bekasi cukup tinggi. Namun, akibat kondisi cuaca jelek permintaan belum bisa dipenuhi. 

Ia menjelaskan, produksi bata merah secara tradisional hanya maksimal pada musim kemarau. Kesempatan tersebut biasanya digunakan untuk meningkatkan persediaan bata merah saat musim hujan karena harganya cukup tinggi.

\"Persediaan bata merah sejumlah perajin di wilayah Nanggerang masih cara tradisional. Sehingga kesulitan produksi saat musim hujan akibat proses pengeringan mengandalkan panas matahari,” ujar Atun, Senin (20/11).

Menurutnya, rata-rata di desa Nanggerang mengandalkan usaha yang berbahan dasar tanah liat ini. Namun, di tengah cuaca yang mulai memasuki musim penghujan para perajin bata merah memilih pensiun atau tidak memproduksi bata sama sekali.

Biasanya, kata dia, di musim kemarau para perajin bata bisa menghasilkan seribu sampai tiga ribu bata per harinya. Akan tetapi hal tersebut bertolak belakang jika dibandingkan dengan musim penghujan sekarang ini. Mereka hanya mampu memproduksi seratus bata per hari.

“Perajin bata mengaku di saat musim kemarau  mampu meraup keuntungan yang lumayan namun pada saat musim penghujan sekarang ini hasil memproduksi bata tidak mencukupi biaya hidup sehari-hari. Jadi, lebih memilih pensiun memproduksi bata dan beralih ke kuli serabutan,” ujarnya.

Senada dengan Atun, perajin bata lainnya, Damiri  menjelaskan, di musim penghujan kali ini  untuk membiayai kehidupan sehari-harinya dirinya memilih tidak memproduksi bata  dan memilih kerja sebagai kuli serabutan. 

Karena bila memproduksi bata akan mengalami kerugian. Mengingat proses pengeringan yang memakan waktu cukup lama.

Ia menambahkan, bata merah produksi Kabupaten Majalengka cukup dipercaya oleh konsumen, meski harga cukup tinggi dibandingkan daerah lain. Sehingga dirinya mengaku tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan bata merah tersebut.

\"Pesanan bata merah asal Kabupaten Majalengka, mulai dari Kabupaten dan Kota Cirebon, Bandung, Kuningan, Sumedang, kini produksi bekurang permintaan mereka tidak terpenuhi,\" katanya.

Menurutnya, bata merah yang cukup diminati oleh konsumen adalah produksi Majalengka karena kuat. “Hal itu disebabkan bahan bakunya berkualitas meski harganya cukup tinggi dibandikan buatan kabupaten lain,” imbuhnya.(hsn)

Sumber: