Perajin Rotan Tolak Kahadiran Pengusaha China

Perajin Rotan Tolak Kahadiran Pengusaha China

MAJALENGKA – Sama halnya dengan sejumlah pengusaha asal Cirebon, pengusaha rotan asal desa Ujungberung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka juga menolak kehadiran pengusaha rotan asal China.
\"perajin
Perajin rotan asal Majalengka. Foto: Hasan/Rakyat Cirebon
Penolakan tersebut, karena mereka khawatir kehadiran pengusaha rotan asal Cina hanya untuk menimba ilmu dari warga Indonesia. Setelah itu, mereka lebih mengembangkan bisnisnya di negara lain atau di negerinya sendiri. Mirip kacang lupa kulitnya.

Salah seorang pengusaha rotan asal Ujungberung, Kusnadi mengatakan, para perajin juga menentang keras keinginan para pengusaha China yang akan mengambil tenaga kerja dari Cirebon dan Sindangwangi. Bahkan, pengusaha asal Tiongkok itu mengiming-iming gaji lebih besar.

“Saya trauma dengan pengalaman teman saya, dia bekerjasama dengan pengusaha luar untuk mendirikan usaha rotan di Sindangwangi. Saat itu usahanya maju hingga ada beberapa tempat usaha karena difasilitasi teman saya, namun ternyata setelah itu teman saya justru dibuang,” ujar Kusnadi, Selasa (7/11).

Terkecuali menurutnya, jika kehadiran para pengusaha asal China benar-benar untuk berinvestasi dan menjadi mitra kerja para pengusaha lokal, seperti halnya kerja sama yang dilakukan saat ini.

“Bentuk kerja samanya pengusaha lokal mendapat pesanan barang dari investor asal Cina tersebut. Seperti yang dilakukan eksportir lain yang saat ini bermitra dengan kami. Atau mereka berinvestasi namun usahanya dilakukan bersama dengan pengusaha lokal,” jelasnya.

Lebih lanjut Kusnadi menjelaskan, jika itu terjadi artinya pengusaha lokal akan lebih banyak memiliki pesanan barang, dengan demikian usaha yang dijalankan perajin di Sindangwangi akan bangkit kembali, mungkin saja perajin yang sudah bangkrut pun akan bisa berusaha kembali karena ada bantuan dari mitra kerja tersebut.

Karena perajin rotan di wilayah Sindangwangi ini sepenuhnya mengandalkan pesanan barang dari para eksportir dengan sistem kontrak kerja pengadaan barang. Kontrak kerja dilakukan setiap tahun ada juga yang dua tahun sekali sesuai kesepakatan antara perajin dan eksportir.

“Jika kehadirannya untuk berinvestasi, saya yakin akan disambut pengusaha dan tidak akan menjadi pesaing usaha bagi pengusaha lokal,“ ungkapnya.

Senada dengan Kusnadi, pengusaha lainnya Jumiah mengaku belum mengetahui adanya wacana pengusaha rotan asal China akan beralih ke Cirebon. 

Hanya, dia sependapat dengan Kusnadi, jika kehadiran pengusaha luar untuk berinvestasi dan benar-benar menjadi mitra kerja akan disambut baik. Karena perajin asal Sindangwangi butuh mitra usaha yang bisa menghidupkan usahanya. 

“Sehubungan selama ini perajin rotan hanya mendapatkan pesanan tidak mengekspor langsung barang-barang yang diproduksinya,” ujar Jumiah.

Menurutnya, yang harus diperhatikan juga adalah menjaga kestabilan harga bahan baku. Bila itu tidak dijaga, maka perajin kecil akan kalah bersaing oleh pegusaha besar. Akibatnya, perajin terancam bangkrut. Seperti yang pernah dialami pengusaha-pengusaha rotan lain saat bahan baku diekspor ke negara lain.

“Saya belum tahu adanya rencana relokasi pengusaha rotan asal luar ke Cirebon, saya yakin perajin yang lain juga belum mengetahuinya. Akan tetapi, di kami ini tidak ada ekportir yang langsung mengirim barang ke luar, semua perajin hanya mengerjakan pesanan barang, baik bentuk, jumlah hingga waktu penyelesaian pekerjaannya,” tandasnya.(hsn)

Sumber: