Penjualan Menurun, PD BWI Akui Kesulitan Rebut Pasar

Penjualan Menurun, PD BWI Akui Kesulitan Rebut Pasar

INDRAMAYU - Perusahan‎ Daerah (PD) Bumi Wiralodra Indramayu (BWI) mengeluhkan sulitnya mendapatkan peluang pasar, khususnya pada sektor bisnis komoditas beras. Tak hanya mengalami penurunan di sektor penjualan, juga pada penyerapan hasil panen petani dan luasan lahan yang menjadi target penyerapannya.
Dirut PD BWI Soen Sujarwo (kiri) terima kunjungan BI. Foto: Tardi/Rakyat Cirebon
Direktur Utama PD BWI, Soen Sujarwo mengatakan, mesin giling yang dimiliki saat ini berkapasitas cukup besar, yakni mencapai 1.500 ton dengan perhitungan 80 ton per hari. 

Hanya saja, peluang pasar untuk menjual beras hasil produksinya masih sulit didapatkan. \"Ada masalah pada pemasaran, ini problem utama BWI. Perlu bantuan untuk pemasaran agar petani juga tidak ragu menyimpan dengan sistem resi gudang,\" ungkapnya.

Dengan kapasitas giling yang sudah mumpuni tersebut, pihaknya optimis bisa mendistribusikan beras sesuai kebutuhan pasar. Ditambah lagi luas lahan pertanian padi di Kabupaten Indramayu bisa diandalkan untuk penyerapan gabahnya. \"Harusnya bisa menyerap gabah petani sampai 1.500 ton. Dan pada masa paceklik juga masih bisa menyerap gabah,\" terangnya.

Saat ini, pihaknya telah bekerjasama dengan para petani di wilayah timur Indramayu untuk penyerapan gabah. Adapun luasan lahannya mencapai 100 hektar. Padahal, jika tersedia 1.000 hektar lahan, produksinya masih dapat ditopang dengan kapasitas mesin yang dimiliki PD BWI. \"Sebelumnya sampai 150 hektar, ada penurunan luas lahan,\" sebutnya.

Dampak kesulitan mendapatkan peluang pasar tersebut, diakuinya tidak memaksakan untuk menyerap gabah secara banyak. Karena jika hasil produksi yang disimpan dalam waktu lama akan menimbulkan kerugian. \"Hasil produksi tidak bisa disimpan sampai tiga bulan, karena berbenturan dengan musim panen lagi dan berakibat turunnya harga. Juga ada kesulitan bersaing,\" paparnya.

Sebelumnya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Barat, Wiwiek Sisto Widayat mengatakan, keberadaan SRG sangat penting dalam menjaga persediaan komoditas, terutama beras. Karena jika stok beras terjaga, maka inflasi bisa dijaga dan dikendalikan.

Untuk itu, BI akan terus melakukan penguatan SRG sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi daerah. Dan dipilihnya beras dikarenakan menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi di Jawa Barat. Namun SRG di Kabupaten Indramayu mengalami mati suri sejak 4 tahun lalu. (tar)

Sumber: