Rela Antre Demi Seember Air Bersih

Rela Antre Demi Seember Air Bersih

MAJAENGKA – Kekeringan yang mengancam ratusan warga di desa Bantrangsana kecamatan Panyingkiran terus meluas. Mengantisipasi hal tersebut, pihak Pemdes memberlakukan aturan pembagian air dari sumber air yang ada.
\"kekeringan
Warga desa Bantrangsana antre mendapatkan sir bersih. foto: Hasan/Rakyat Cirebon
Pantauan di apangan, ratusan warga mengantre pasokan air bersih untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak. 

Bahkan, kondisi ini sudah tersebut berangsung sejak dua bulan terakhir. Akibatnya, warga kesulitan mendapatkan air bersih. Jika pun ada, air sudah kotor tidak layak untuk minum.

Menurut salah seorang warga, Enok (45), setiap hari warga harus membawa ember dan jerigen untuk mengangkut air. Bahkan, Enok harus bergantian dengan anaknya untuk mengambil air. 

“Sebab, kebutuhan air sangat mendesak. Kalau pagi, saya yang ngambil air untuk kebutuhan mandi. Sebab, saya malu kalau harus mandi di sungai. Sedangkan kalau siang bagian anak yang angkut air, saya bekerja,” ujar Enok, Selasa (22/8).

Hal senada juga diutarakan oleh warga lainnya, Kani. Ia mengatakan, akibat musim kemarau panjang yang terjadi dalam beberapa bulan belakangan ini, warga mengantre untuk mendapatkan pasokan air di sumber mata air milik pemerintah desa di kawasan blok Rajakepok. 

“Sumber mata air ada dua, di blok Rajakepok dan blok Tonggoh. Biasanya antrean terpanjang mulai dari jam dua siang hingga sore. Kalaupun tidak ngantri kami langsung mandi di sungai. Akan tetapi terkadang anak-anak sekolah suka malu kalau harus mandi di sungai,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala desa Bantrangsana Sama (67) mengatakan, sumber mata air ini diberikan secara gratis bagi para warga yang membutuhkan pasokan air tersebut. Kekeringan di wilayahnya memang sudah terjadi sejak lama. 

Bahkan, pada 1987 ketika dirinya masih menjadi kepala dusun kekeringan tersebut sudah melanda. Lebih lanjut, ia menjelaskan, pemdes sudah berusaha menanggulangi hal itu dengan membuat sumber penampungan air yang disedot dari sungai Cideres. 

Bahkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak PDAM untuk pemasangan pipa. Tim dari PDAM pun sudah turun untuk mengukur. Namun hingga sekarang tidak ada kelanjutannya.

“Sudah, dulu sudah diukur. Bukannya tidak ada perhatian dari pemkab namun mungkin pihak pemdes kurang koordinasi dengan dinas terkait. Kedepan kami akan terus berkoordinasi dengan pemkab melalui dinas yang bersangkutan,” ujarnya.

Sebelumnya, sekitar 400 Kepala Keluarga (KK) di desa Bantrangsana, Kecamatan Panyingkiran krisis air bersih. Alternatif sumur yang sering dipakai warga pun mengering.

\"Kurang lebih 400 KK atau sekitar 60 persen warga di sini, kami terancam tidak mendapatkan air bersih di wilayah ini\" kata Kani (52) warga setempat, Senin (21/8).

Akibat kondisi ini, warga harus rela mengantri di salah satu sungai di wilayah tersebut, meski sedikit jauh dari tempat tinggal warga. Warga berharap pemerintah Kabupaten Majalengka bisa mengatasi persoalan ini dengan memberi pasokan air bersih ke wilayah itu.

Selain terjadi di desa Bantrangsana kecamatan Panyingkiran, kekeringan juga melanda desa Cikeusik Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka.

Sejumlah warga desa Cikeusik kesulitan mendapatkan air dengan, karena air sumur terus menyusut. Warga terpaksa mencuci di air sungai.

Salah seorang warga desa Cikeusik, Karsiti (37) mengatakan, selama kekeringan pihaknya memanfaatkan air sungai untuk keperluan mencuci pakaian. Pasalnya, jika menggunakan air di dalam rumah, hal tersebut tidak akan cukup. Mengingat air sumur makin menipis.

\"Kami gunakan air sungai untuk mencuci. Karena bagaimanapun juga air di rumah lebih baik digunakan untuk minum dan mandi. Selama musim kemarau air sumur terus menyusut,\" ungkap Karsiti, Selasa (22/8).

Ia mengaku, memanfaatkan air sungai untuk mencuci sudah sejak dua pekan lalu. Jika diteruskan mencuci di dalam rumah, hal itu akan terasa sangat menyayangkan, sebab akan banyak air yang terbuang.

\"Pokoknya kmai di sini sudah hampir tiga mingguan kesulitan mendapatkan air bersih. Capek sebenarnya melakukan perjalanan dari rumah ke sungai, tapi mau bagaimana lagi. Agar hemat air, kami gunakan air sungai untuk mencuci,\" ungkapnya.

Warga lainnya, Karsinem mengatakan hal yang sama. Di desanya yang dekat Palabuan, ia lebih memilih menggunakan sungai Cikeruh untuk mencuci pakaian. Di musim kemarau ini penghematan air benar-benar harus dilakukan, mengingat air sumur di musim kemarau terus menyusut.

\"Air sumur sekarang sudah mulai menyusut. Jadi, harus mulai dihemat untuk penggunaan hal-hal yang sifatnya darurat, seperti mandi dan air minum saja. Untuk mencuci lebih baik menggunakan air sungai,\" ungkapnya. (hsn/hrd)

Sumber: