Pengusaha Belalang Goreng Kesulitan Bahan Baku

Pengusaha Belalang Goreng Kesulitan Bahan Baku

MAJALENGKA - Belalang goreng bisa menjadi panganan khas asli desa Balida kecamatan Dawuan kabupaten Majalengka. Biasanya menjelang persiapan liburan para pengusaha pun memperbanyak stok makanan yang dulu dikenal sebagai hama tanaman itu. 
\"belalang
Proses penyortiran belalang goreng. Foto: Hasan/Rakyat Cirebon
Bahkan, untuk mendapatkan bahan baku belalang terpaksa harus mendatangkan belalang dari luar daerah, seperti di Kuningan hingga Tasikmalaya dan Ciamis.

Salah seorang pengusaha belalang goreng asal blok senin RT 7 RW 7 Desa Balida kecamatan Dawuan Een Nuraeni (37), mengaku sudah kebanjiran orderan untuk belalang goreng. Saking banyaknya pesanan, ia pun terpaksa mendatangkan stok dari luar daerah.

Diakuinya, berjualan goreng belalang sudah turun-temurun sejak tahun 1987. Bahkan hingga sekarang usaha tersebut masih terus berjalan. 

“Kalau tidak ada bahan baku kadang terpaksa mencari ke luar daerah, seperti Kuningan dan Ciamis. Sedangkan untuk belalang yang besar mencarinya harus ke Bandung yang kondisi hutannya masih ada,” ujar Nuraeni, Selasa (8/8).

Menurut dia, makanan ini terdiri dari beberapa variasi rasa seperti bacem goreng, manis dan pedas. Sedangkan untuk pembelian, pengunjung tinggal memilih mau yang dikemas dalam toples atau pun dibungkus dalam plastik. 

“Untuk yang toples kami jual dengan harga Rp30 ribu hingga Rp35 ribu. Sementara yang plastik kami jual Rp2 ribu per kemasan,” ujarnya.

Menurut dia, jika sedang musim liburan stok sekitar satu kuintal, namun untuk hari-hari biasa hanya 20 kilogram belalang yang diproduksi. Itupun tidak hanya dijual sendiri. Sebab makanan ini juga dikirimkan ke sejumlah pedagang yang ada di Majalengka dan wilayah sekitarnya. 

Pasokannya sendiri, ia mengaku sudah lama kesulitan mendapatkan stok dari desa Pilangsari kecamatan Jatitujuh. selama ini pasokan belalang banyak dipenuhi dari luar daerah seperti Kuningan dan Ciamis.

“Di sini sudah sulit mencarinya. Karena sawah di wilayah sudah menggunakan pestisida, sedangkan di Ciamis stok belalang masih banyak,” katanya.

Sulitnya mencari belalang diakui oleh Edi, pemburu belalang asal desa Pilangsari kecamatan Jatitujuh. Menurut dia, untuk mencari belalang tidak hanya mengandalkan wilayah di Jatitujuh, karena pencari sering melakukan perburuan di kawasan pesisir mulai dari Indramayu hingga Sumedang.

“Yang cari banyak. Jadi, untuk mendapatkan tangkapan yagn lebih jadi harus sampai merambah ke daerah lain,” ujarnya.

Menurut Edi, perburuan belalang sudah mulai ada perubahan, dimana pemburu tidak lagi mengandalkan tempaling (alat penangkap belalang, red), karena ada yang mulai menggunakan lem sebagai alat menangkap. 

“Namun saya lebih memilih menggunakan tempaling. Karena hasil tangkapan lebih alami. Beda dengan menggunakan lem, kalau tidak dicuci dengan bersih rasa belalang akan pahit,” ungkapnya.

Selain belalang goreng, masih banyak makanan khas, semisal Ga’ang (sejenis serangga, red). Di desa Balida sendiri banyak makanan-makanan yang bahan bakunya menggunakan serangga.(hsn)

Sumber: