Garam Menghilang, Perajin Telur Asin Bingung

Garam Menghilang, Perajin Telur Asin Bingung

MAJALENGKA - Sejumlah pengusaha telur asin di desa Lame kecamatan Leuwimunding terancam gulung tikar alias bangkrut menyusul melonjaknya harga garam di pasaran sejak sepekan lalu. Mereka kesulitan mendapatkan garam yang menjadi bahan utama pembuat telur asin.
\"harga
Perajin asal Majalengka sedang memproduksi telur asin. Foto: Hasan/Rakyat Cirebon
Harga garam kasar (bukan garam kemasan, red) melambung tinggi menembus Rp5 ribu per kilogram. Harga garam melonjak dari harga sebelumnya yang Cuma Rp 1.500 per kilogram. Setara tiga kali lipat lebih. 

Imbasnya, garam susah didapat di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Majalengka. Kondisi ini berpengaruh pada usaha pembuatan telur asin.

“Saat ini garam kasar susah didapat di pasaran. Kalau pun ada harganya cukup mahal yang membebani biaya pembuatan telur asin,” ujar seorang pembuat telur asin asal desa Lame, Nendi Junaedi (47)  saat berbincang dengan Rakyat Majalengka, Jumat (28/7).

Bahkan, Nendi harus memutar otak agar usahanya tak merugi besar lantaran melonjaknya harga garam. Dirinya tidak berani mengurangi takaran garam saat memproduksi telur asin. Sebab itu akan berimbas pada kualitas telur asin sendiri.

Biasanya, empat kilogram garam digunakan untuk membuat sekitar 500  telur bebek. Banyak perajin telor asin dengan naiknya harga garam takaran garam dikurangi. Cara itu dilakukan agar harga telur asin tak ikut-ikutan naik. 

“Apabila harga telur asin ikut naik justru tak laku di pasaran. Masyarakat enggan membeli telur asin lantaran harganya mahal. Mereka bakal memilih komoditas pangan lainnya,” ujar dia.

Menurutnya, harga satu butir telur asin dipatok Rp3 ribu. Biasanya, Nendi memasarkan telur asin ke sejumlah pedagang pasar tradisional dan warung makan di wilayah Kabupaten Majalengka. Dalam sehari, Dirinya mampu membuat telur asin lebih dari 500 butir.

Nendi berharap harga garam di pasaran kembali stabil. Sehingga tak menggerus usaha pembuatan telur asin yang dirintisnya sejak 3 tahun lalu. “Tak menutup kemungkinan usaha pembuatan telur asin bakal gulung tikar jika harga garam tak kunjung turun,” papar dia.

Pernyataan senada diungkapkan pembuat telur asin lainnya, Asep (40). Melonjaknya harga garam berimbas pada proses pembuatan telur asin selama beberapa hari ini. Keresahan Asep muncul lantaran kelangkaan garam di pasaran.

Asep terpaksa mengurangi jumlah produksi telur asin lantaran mahalnya harga garam. Setiap hari, Dirinya bisa membuat lebih dari 100 butir telur asin. Kini, jumlah telur asin yang diproduksi menurun drastis hingga separuhnya. 

“Mau tidak mau produksi telur asin dikurangi agar biaya operasional tak membengkak. Saya berharap pemerintah turun tangan agar harga garam kembali normal,” kata dia.(hsn)

Sumber: