Patung yang Diprotes Yuningsih Habiskan Anggaran Rp200 Juta

Patung yang Diprotes Yuningsih Habiskan Anggaran Rp200 Juta

CIREBON - Patung tari topeng yang menjadi icon Kecamatan Losari dikritisi kordinator Komisi III DPRD Kabupaten Cirebon, Hj Yuningsih.
\"patung
Patung penari topeng Losari membuka aurat. Foto: Ari/Rakyat Cirebon
Saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (24/7) Yuningsih mengatakan, pada saat proses penganggaran pihaknya ikut terlibat. Pembuatan patung yang akan dijadikan icon itu menghabiskan anggaran senilai Rp200 juta dari PIK.

\"Awalnya kan ingin membuat patung pendiri Losari. Tapi kita tidak tau orangnya seperti apa. Akhirnya disepakati buat patung tari topeng saja. Karena Losari dikenal dengan tari topeng Asgar (astana langgar), akhirnya buat itu,\" kata dia.

Namun setelah jadi justru patungnya tidak menggambarkan sosok penari topeng khas Losari. Sebab tokoh penari adalah seorang perempuan, dan dalam penampilannya selalu menutup aurat. Sementara patung itu terlihat bajunya tersirat hingga memperlihatkan pahanya.

\"Itu kan mau menggambarkan penari Asgar, gak tau siapa nama tokoh tari topengnya tapi masyarakat mengenal penari dari keluarga Sawitri,\" ungkapnya.

Ditambahkan, patung tersebut mendapat protes keras dari masyarakat, karena dianggap  terlalu vulgar. Pasalnya pada kenyataan penari itu pakai celana panjang. Sekalipun patung itu menggambarkan laki-laki tapi tetap saja harus menutup aurat.

Lebih lanjut politis PKB itu menyampaikan, Losari dikenal dengan daerah santri. Sehingga patung itu bisa membuat reputasi masyarakat Losari jatuh. 

\"Pada saat mau membuat patung kan pasti ada contohnya. Yang menggambarkan penari dan kesehariannya,\" ucapnya.

Menindaklanjuti banyaknya keluhan dari tokoh dan masyarakat setempat, Yuningsih mengaku telah menegur dinas terkait agar segera memperbaiki patung itu.

\"Harus segera diperbaiki lah, kita khawatir jika lebih dari sepekan dibiarkan nanti dirobohkan. Masyarakat Losari marah melihat patung itu,\" imbuhnya.

Sementara itu aktivis Cirebon Timur, Dedi Majmu menyampaikan, pembuatan patung tersebut terkesan menggelikan, pasalnya dibangun tanpa riset apalagi konsultasi dengan para tokoh budaya Losari. “Dari bentuknya patung itu tidak memiliki ciri penari topeng Losari,” tegasnya.

Kemudian yang membuat masyarakat marah, kata dia, adalah nilai kesakralan topeng Losari dirusak dengan kostum patung yang sangat tidak sopan. 

“Patung harus dibongkar dan diganti, kalau mau membangun icon harus konsultasi dengan para budayawan Losari termasuk pewaris seni topeng setempat,” imbuhnya. (ari)

Sumber: