SMAN 1 Astanajapura Digembok Warga Kanci
Selasa 25-07-2017,01:00 WIB
ASTANAJAPURA - Dampak pelaksanaan PPDB Online, menimbulkan permasalahan yang terus berkelanjutan. Kali ini, SMAN 1 Astanajapura, Kabupaten Cirebon disegel dan menjadi sasaran kekesalan warga.
|
SMAN 1 Astanajapura digembok warga Kanci. Foto: Zezen/Rakyat Cirebon |
Pasalnya, kurang lebih dari 14 siswa yang berasal dari daerah sekitar, dinyatakan tidak lolos seleksi dan tidak memiliki kesempatan untuk masuk di sekolah yang dekat dengan tempat tinggalnya. Padahal, ketika melihat dari aturan sistem zonasi, mestinya warga sekitarlah yang menjadi prioritas utamanya.
Tetapi pada kenyataannya berbeda, atas dasar itulah setelah sebelumnya telah mendatangi kantor pemerintahan desa setempat dan sampai waktu pelaksanaan pembelajaran tiba, tetap tidak mendapatkan respon positif. Akhirnya warga sekitar yang merasa kecewa mendatangi sekolah tersebut.
Hal ini seperti yang diakui Oti, salah satu walimurid yang mengaku kecewa terhadap aturan yang ada. Menurutnya pihak sekolah tidak berpihak kepada warga sekitar.‘‘Saya warga desa Kanci asli, dan saya salah satu dari keluarga yang tidak mampu, tetapi anak saya tidak diterima di SMAN I Kanci, sementara banyak siswa dari luar Kanci yang diterima,” tuturnya kesejumlah awak media, Senin (24/7).
Hal senada disampaikan Rojak, ia merasa kecewa terhadap kebijakan sekolah yang tidak berpihak terhadap warga sekitar. Kekecewaan tersebut akhirnya diekspresikan dengan melakukan penyegelan sekolah dan membubarkan proses belajar mengajar di SMAN 1.
“Semua ini terpaksa kami lakukan, agar pihak sekolah maupun pihak terkait lainnya sadar, bahwa kami warga Desa Kanci lebih berhak untuk diprioritaskan,” ucapnya.
Menurutnya, jika yang tidak diterima tersebut merupakan warga yang memiliki materi berlebihan, tentu pihaknyapun tidak akan repot-repot untuk mendaftarkan anaknya melalui jalur Gakin. Tetapi yang tidak diterimanya merupakan warga miskin yang dari segi administrasi dibenarkan dengan dilengkapi persyaratan-persyaratan.
“Tetapi ternyata pihak sekolah tetap tidak menerimanya dengan alasan kebijakan Provinsi Jabar, ini jelas tindakan sangat tidak adil “ tegasnya kesal.
Sementara Dodi Rosnaedi Kepala Sekolah SMAN I Kanci menuturkan pihaknya telah berusaha agar warga sekitar yang mendaftar tersebut dapat diterima. Namun kebijakan tersebut, ada di Provinsi, ia mengaku tidak bisa berbuat banyak. “Namun walau bagaimana, kami tetap akan berusaha agar keinginan warga tersebut dapat terpenuhi,” tuturnya.
Menurut Dodi, memang masih ada kekosongan sebanyak 24 bangku untuk calon siswa baru. Namun semuanya harus ditempuh sesuai prosedur, masyarakat harus mengerti, dengan sistem online ini kebijakan sepenuhnya ada di provinsi.
Sementara aktivis pendamping warga sekitar menyayangkan atas jawaban yang disampaikan pihak sekolah. Menurutnya sekolah mestinya tetap berpihak pada warga sekitar, jangan berdalih aturan berada di provinsi.
“Sekolah harus peka, bahwa bangunan ini didirikan diatas tanah Desa Kanci, jadi alangkah bijaknya, jika pihak sekolah berpihak pada masyarakat sekitar,” pungkasnya. (zen)
Sumber: