Rotan Tegalwangi Tergerus Produk China
Selasa 18-07-2017,01:00 WIB
CIREBON - Berbeda dengan era sebelum tahun 2000an, kejayaan rotan Tegalwangi kini semakin surut saja. Aktivitas bisnis rotan di desa yang dijuluki Galmantro itu hanya menyisakan beberapa perajin yang bertahan. Selebihnya, sebagian besar masyarakat Tegalwangi mencari sumber penghasilan yang lain.
|
Pengusaha rotan Tegalwangi Aris Munandar. Foto: Suwandi/Rakyat Cirebon |
Pengusaha rotan yang kini mulai merambah bisnis properti dan kuliner, Aris Munandar menjelaskan, meski sudah digaungkan menjadi kampus wisata rotan, gairah bisnis rotan di Tegalwangi masih belum menunjukan kebangkitan.
“Kalau untuk sekarang berbeda dengan tahun 90an, dulu bisa dipastikan sebagian besar desa Galmantro ini banyak yang usaha rotan, karena pasar dan permintaannya juga bagus,” ungkap Aris, kemarin.
Ia menilai, kurang bergairahnya pasar rotan Tegalwangi salah satunya kekurangan tenaga ahli rotan. Sementara, pemburu kerajinan khas dari rotan menginginkan produk rotan yang inovatif dan kreatif. Hal itu hanya bisa didapat dari perajin yang sudah lihai.
“Sedangkan jumlah pekerja rotannya saja sudah mulai menurun. Karena kita butuh tenaga ahli yang benar – benar paham tentang rotan. Bagaimana mengolah rotan ini menjadi bernilai dan banyak diminati,” jelasnya.
Terlebih lagi, kata dia, pesatnya persaingan di bisnis rotan yang mengahruskan pelaku bisnisnya cepat pula merespon permintaan pasar. Munculnya rotan sintetis sebagai bahan baku alternatif sebetulnya bisa menjadi angin segar. “Kami bisa pakai rotan sintetis yang sekarang lebih banyak diburu dan daya tahannya juga lebih lama,” ujarnya.
Sementara itu, pebisnis rotan lainnya, Veri mengungkapkan, salah satu yang membuat rotan Tegalwangi kesulitan berkembang adalah gempuran produk rotan dari China. “Sebagian pasar rotan dunia masih dikuasai oleh China,” terangnya.
Bahkan, beberapa produk rotan asal negeri tirai bambu tersebut mulai beredar di pasar lokal. Sehingga posisi Tegalwangi sebagai sentra penghasil rotan asli Cirebon makin terhimpit saja. Sehingga permintaan rotan tetap kecil karena sebagian suplainya sudah dipenuhi.
Veri sendiri memasarkan rotan melalui online. Sistem pemasaran via internet diakui Veri sabagai salah satu langkah untuk menjangkau seluas mungkin pasar rotan. “Kalau untuk produknya saya lebih memilih yang kecil dan sering dipakai saja, kalau furniture saya belum berani,” tutupnya. (wan)
Sumber: