Deklarasi Kabupaten Angklung Dinilai Masih Terlalu Dini

Deklarasi Kabupaten Angklung Dinilai Masih Terlalu Dini

KUNINGAN – Deklarasi Kabupaten Angklung selain mendapatkan sorotan tajam dari beberapa seniman Kuningan, juga disayangkan oleh penerus Pak Kutjit, karena tidak memperkenalkan namanya dalam pagelaran akbar tersebut.
\"perajin
Perajin angklung di Saung Lumbu Cigugur. Foto: Gilang/Rakyat Cirebon
Menurut Pendi Partawijaya yang merupakan perajin angklung terbesar di Kuningan Sanggar Angklung Lumbu, yang terletak di Kecamatan Cigugur, nama Pak Kutjit sangat berpengaruh dalam seni angklung. 

Bahkan, dirinya juga yang mencipatakan jenis angklung diatonis asli Kuningan yang diakui oleh banyak orang.

“Beliau merupakan guru saya, dari beliau juga saung angklung lumbu ada. Perjuangan beliau dalam membesarkan nama angklung diatonis sebagai alat musik asli Kuningan kepada dunia luar, sangat luar biasa,” ujarnya.

Akan tetapi lanjutnya, dalam pagelaran 5 ribu angklung belum lama ini di Kuningan, nama Pak Kutjit tidak terdengar dikenalkan oleh pihak panitia. 

Hal tersebut katanya, sangat disayangkan sebab generasi muda yang hadir dalam pagelaran tersebut tidak pernah tahu siapa pencipta angklung diatonis.

“Ya kan mereka cuman tahu angklung diatonis itu asli Kuningan, tapi siapa pencipta dan pembuatnya kalau tidak tahu kan sangat disayangkan,” ucapnya.

Saung angklung lumbu sendiri, pada saat pelaksanaan deklarasi Kabupaten Angklung tidak diundang sebagai orkestra utama, justru hanya sebagai pengisi acara biasa, itu juga hanya memainkan satu lagu. 

Walaupun demikian, Pendi tidak berkecil hati sebab, mungkin permainan angklung milik saung udjo lebih dikenal oleh masyarakat luas.

“Tidak masalah kalau saya sih, ya mungkin saung udjo lebih bagus dari kita. Tapi sayamah cuman pesan bahwa di Kuningan juga ada pembuat dan sanggar angklung,” paparnya.

Dia mengatakan, pasca deklarasi belum ada permintaan selanjutnya dalam pembudayan angklung di Kuningan. Hanya ada lanjutnya, rencana jangka panjang untuk mengadakan perlombaan angklung antar sekolah.

Tapi, dia juga cukup bingung dikarenkan jumlah pengajar angklung di Kuningan hanya beberapa orang saja, bahkan bisa dihitung dengan jari. Maka dari itu katanya, untuk perlombaan antar sekolah sistematisnya bagaimana.

“Di Kuningan sendiri pengajar angklung hanya terhitung oleh jari, kurang dari 10. Nah kalau mau berlomba antar sekolah bagaimana tuh, saya juga gak tau,” terangnya.

Fendi menilai, deklarasi untuk menjadi Kabupaten Angklung terlalu dini. Sebab, selain masih kurangnya tenaga pengajar, juga belum terlihat peminat yang banyak dari alat musik tersebut. 

Dia juga mengatakan,untuk saat ini hanyaakan berfokus pada profesinya sebagai pembuat angklung. (gio)

Sumber: