Harga Daging Sapi Anjlok, Pembeli Malah Turun

Harga Daging Sapi Anjlok, Pembeli Malah Turun

MAJALENGKA – Meski harga daging sapi dan kambing di pasar tradisional Majalengka saat ini mengalami penurunan harga. Namun, penjualanya malah merosot tajam. 
\"harga
Pendagang daging di pasar tradisional Majalengka. dok. Rakyat Cirebon
Menurunya omzet penjualan daging sapi di pasar tradisional Majalengka setelah Lebaran, disebabkan pembelinya hanya dari kalangan tertentu saja, seperti pedagang bakso.

Saat ini meski dikisaran hanya Rp120 ribu hingga Rp130 ribu per kilogram, pembelinya terus anjlok. Padahal, seminggu sebelum Lebaran, penjualan daging sapi sempat naik meski harganya menyentuh Rp150 ribu hingga Rp160 ribuan per kilogram. 

Salah seorang pedagang sapi di pasar tradisional Majalengka, Dadi (32) mengatakan, harga daging mengalami penurunan seiring dengan sepinya pembeli. Saat ini harga daging sapi untuk pelanggan hanya Rp120 ribu per kilogram dan pembeli umum seharga Rp125 ribu per kilogram. Padahal, H-1 Lebaran harganya sempat melonjak Rp150 ribu hingga Rp160 ribu per kilogram.

\"Sekarang ini para pembeli daging hanya kalangan tertentu saja. Seperti penjual bakso. Sementara masyarakat umum jarang. Bahkan, untuk jeroan semacam usus yang tadinya sebelum Lebaran laku keras, kini sama sekali tidak dilirik,\" jelas Dadi, Minggu (2/7).

Pedagang lainnya di pasar Rajagaluh, Sholeh mengatakan  hal yang sama. Menurutnya, penurunan harga daging sapi saat ini merupakan hal yang wajar dan sering terjadi hampir setiap tahun. Hal ini karena merupakan hukum ekonomi bahwa saat barang sedikit dan pembeli banyak maka biasanya harga barang yang dijual mengalami kenaikan harga.

\"Tahun-tahun lalu juga mengalami hal yang sama. Ini rutin terjadi setelah Lebaran. Dan kalau sebelum lebaran harganya naik itu juga karena ada momen Lebaran, banyak orang yang butuh daging, dan harganya benar-benar melambung,\" jelasnya.

Sementara itu, salah seorang ibu rumah tangga, Idah mengaku, saat ini tidak tertarik lagi mengkonsumsi daging. Kalau sebelum lebaran, pihaknya dituntut untuk bisa menghidangkan makanan khas lebaran semacam ketupat dan opor, sehingga harus membeli daging sebagai bahan masakannya.

\"Saat ini anak-anak dan suami juga sudah bosan makan dengan daging-dagingan, kini lebih suka makan sayuran, dan sambel-sambelan, karena lebaran sudah berlalu,\" imbuhnya. (hrd)

Sumber: