Harga Daging Sapi Anjlok

Harga Daging Sapi Anjlok

MAJALENGKA – Empat hari pascalebaran harga daging seperti sapid an ayam mulai berangsur normal. Pedagang di pasar tradisional pun mulai beraktivitas kembali. 
\"harga
Pedagang daging sapi. dok. Rakyat Cirebon
Namun, sebagian masih ada yang libur dengan menutup kios dagangannya. Padahal sebelumnya, Pada H-1 lebaran lalu, semua kebutuhan pokok mengalami lonjakan yang cukup tajam. 

Menurut keterangan salah seorang pedagang daging di pasar Jatitujuh Majalengka, Rudi Soleh (35), meski harga yang mulai normal, namun omzet penjualan menurun dari hari-hari biasanya. 

Dia mengakui, pembeli daging sapi memang kebanyakan pedagang bakso, jarang masyarakat umum membeli daging sapi. Sejumlah konsumen lebih memilih sayuran segar untuk menghilangkan kejenuhan dari makanan bersantan setelah Lebaran kemarin.

“Sekarang penjualan daging betul-betul lesu. Bahkan, usus atau jeroan  sapi serta tulang tidak laku sama sekali. Padahal, biasanya diburu pedagang empal dan masyarakat umum yang butuh sumsum tulang. Masyarakat umum kini sangat jarang yang beli, kami kebanyakan melayani pedagang bakso saja,” ungkap Rudi, Kamis (29/6).

Dijelaskanya, saat bulan puasa, harga daging sapi untuk pelanggan dihargai Rp120 ribu per kilogram dan pembeli umum seharga Rp125 ribu per kilogram. Pada H-1 Lebaran, harga melonjak Rp150 ribu per kilogram hingga Rp160 ribu per kilogram. Kini, setelah Lebaran harga turun menjadi Rp135 ribu per kilogram.

Menurutnya, tidak jauh berbeda dengan daging sapi yang mengalami penurunan, demikian halnya dengan harga daging ayam broiler. Sebelumnya, harga daging ayam sempat mencapai Rp50 ribu per kilogram. 

Sekarang, kata dia, turun menjadi Rp40 ribu per kilogram. Harga daging ayam kampung menjelang Lebaran mencapai Rp100 ribu per kilogram, kini turun menjadi Rp80 ribu per kilogram.

Menurut Rudi, stok ayam di rumahnya cukup banyak karena semula disediakan untuk menghadapi Lebaran. Namun, nyatanya tidak seluruhnya terjual. 

“Sekarang ayam kampung di rumah masih sangat banyak. Awalnya, kami menyediakan untuk dijual saat Lebaran. Harga pembelian pun lumayan mahal. Namun, kini kami tidak bisa menjual seperti halnya saat menjelang Lebaran,” ungkapnya.

Sementara itu, komoditas yang banyak diburu konsumen di pasar tradisional saat ini adalah tempe, tahu, dan sayuran. Kondisi ini diduga karena masyarakat merasa jenuh dengan masakan bersantan dan daging. Harga tempe pun mengalami kenaikan. Satu potong tempe yang biasanya dijual dengan harga empat ribu kini menjadi lima ribu atau naik seribu rupiah.

Sejumlah ibu rumah tangga ditemui di pasar mengatakan mereka ke pasar mencari sayuran hijau seperti kangkung, bayam, kacang merah, paria dan jenis sayuran lainnya.

Alasannya, mereka bosan terus-menerus makan makanan santan dan berlemak. “Saya mencari bayam dan lalapan segar, timun atau petai. Hanya sekarang mencari sayuran tertentu susah keliling pasar hanya ada satu kios yang jualan,” ujar Elis.

Hal senada juga diutarakan Rina ibu rumah tangga lainnya juga mengaku mencari kacang merah dan ikan asin. Serta lalap daun papaya atau daun labu siam. Sayangnya daun labu siam sedang kosong. 

Sehingga dia memilih labu kecil untuk direbus serta paria. “Labu kecil enak untuk paduan sambal terasi, tambah ikan asin. Ini semua keluarga menyukainya,” ungkapnya.(hsn)

Sumber: