Mudik dalam Pandangan Islam

Mudik dalam Pandangan Islam

TAK terasa berjalannya waktu begitu cepat bagaikan kilat. Saat ini kita sudah memasuki fase sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan, yang merupakan fase diturunkanya ampunan dan ditutupnya pintu neraka.
\"mudik
Bupati Majalengka Sutrisno (kiri) bersama Wabup Karna Sobahi. dok. Rakyat Cirebon
Pada fase ini Rasululah SAW menganjurkan kepada kita untuk lebih banyak itikaf di masjid atau meningkatkan kebaikan dan amalan lainya.

Namun demikian, justru sebaliknya memasuki fase akhir Ramadan ini, kita justru cenderung disibukan dengan sejumlah urusan duniawi. Dari mulai urusan berbelanja pakaian untuk anak-anak, THR hingga urusan mudik, sehingga banyak waktu kita yang terbuang untuk bisa beritikaf. 

Tradisi mudik Lebaran dalam pandangan Islam, merupakan hal yang positif dan mengandung amal kebaikan, karena hal itu mendekatkan dan mengikat tali silaturahmi, seperti yang diperintahkan oleh Islam. 

Namun agar kegiatan Mudik lebaran kita bisa bernilai pahala di sisi Allah, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pemudik atau musafir, agar perjalanannya diberkahi oleh Allah SWT, diantaranya adalah sebagai berikut.

Yang pertama, tentunya kita tetap harus mengharap ridha Ilahi Robbi, dengan cara tetapkan niat untuk mengharap ridha Allah SWT semenjak anda memutuskan untuk berpergian dan jauhkanlah segala keinginan mendapatkan kesenangan duniawi seperti pamer dan membanggakan diri. 

Karena hal tersebut akan merusak pahala amal kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Alquran: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al-An\'aam:162).

Selanjutnya yang kedua persoalan perbekalan saat mudik perlu diperhatikan, artinya berbekalah dengan harta yang halal, karena harta haram akan mejadi penghalang terkabulnya doa dan sebaliknya justru akan mendatangkan murka Allah. 

Seperti yang sempat dikatakan Rasulullah SAW, dalam sebuah hadistnya yang berbunti Sesungguhnya Allah Dzat Yang Maha Baik dan Ia hanya menerima yang baik. (HR Muslim).

Dan hal penting lainya yang kerap dilupakan, padahal itu merupakan hal yang disunatkan saat melakukan kegiatan safar atau Mudik, yakni menulis wasiat. 

Disunnahkan bagi yang akan berpergian jauh untuk menulis wasiat (hak-haknya yang ada pada orang lain dan kewajiban-kewajibannya yang belum ditunaikan) Rasulullah saw bersabda Seorang muslim yang mempunyai sesuatu yang ingin diwasiatkan sudah harus menulis wasiatnya bila ingin menginap/berpergian dua malam. (HR Bukhari dan Muslim)

Hal lainya juga yang sangat penting sebelum Mudik agar menjadi amalan baik adalah, dengan cara mencari teman yang baik, sebab berdasakan ajaran islam mengharuskan bagi orang yang akan berpergian dianjurkan untuk tidak berpergian seorang diri tanpa ada yang menemaninya, dan untuk itu hendaklah mencari teman yang baik, agar terjaga dari berbuat kesalahan selama dalam perjalanan. 

Rasulullah SAW  bersabda: Seseorang itu mengikuti agama teman dekatnya. Oleh karena itu hendaklah kalian memperhatikan siapa yang akan kalian jadikan teman dekat. (HR Abu Dawud).

Dan banyak hal lainya yang patut diperhatikan para pemudik, agar kegiatan mudik lebaran ke kampung halamanya bisa lebih bernilai ibadah di sisi Allah.

Diantaranya dengan sebelum berangkat hendaklah orang tersebut untuk berpamitan kepada kerabat atau tetangga lainya, selain itu tidak lupa untuk berdoa sebelum berangkat, diantaranya dengan membaca doa keluar rumah, serta membaca doa safar.

Salah satu doa untuk bepergian termasukuntuk mudik tersebut diantaranya adalah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Maha Suci Dzat yang mendudukan kendaraan ini untuk kami, padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami.

Ya Allah, kami memohon kebaikan, ketaqwaan, dan kemampuan untuk melaksanakan amalan yang Engkau ridhoi dalam perjalanan kami ini. Ya Allah, ringankanlah perjalanan kami ini dan dekatkanlah jaraknya. Ya Allah, Engkau adalah Dzat yang menjaga teman kami dalam perjalanan ini dan Dzat yang menjaga keluarga yang kami tinggalkan. 

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sulitnya perjalanan, dari musibah buruk selama dalam perjalanan, dan dari musibah buruk selama dalam perjalanan, dan dari bencana pada harta benda dan keluarga pada waktu kepulangan kami.

Dan dalam perjalanan pulang dilanjutkan dengan doa sebagai berikut: Kami adalah orang-orang yang pulang, bertaubat, beribadah kepada-Nyadan memuji-Nya (HR Muslim).

Selanjutnya dalam perjalanan tersebut juga dianjurkan untu memilih ketua rombongan Disunnahkan bila ada rombongan yang mengadakan perjalanan, untuk mengangkat salah seorang diantara mereka menjadi pemimpin rombongan. 

Rasulullah SAW bersabda Jika ada tiga orang mengadakan perjalanan, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai pemimpin. (HR Abu Dawud). Dan banyak lagi hal-hal yang harus diperhatikan agar bisa bernilai ibadah. (sutrisno/karna)

Sumber: