Daging Sapi Oplosan Terendus

Daging Sapi Oplosan Terendus

SUMBER – Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon mendeteksi adanya pencampuran daging sapi lokal dan impor di beberapa pasar di Kabupaten Cirebon. Pencampuran daging ini dilakukan agar pedagang mendapatkan banyak keuntungan, sebab antara daging lokal dan daging impor memiliki perbedaan harga dimana daging impor lebih murah. 
\"waspada
Pedagang diminta waspadai daging sapi oplosan. dok. Rakyat Cirebon
Namun, oleh para pedagang ini harga daging disamaratakan dengan harga daging lokal. Minimnya informasi yang dikantongi pembeli membuat para pembeli tidak mengetahui perbedaan daging import dan lokal tersebut. 

Saat ini di pasaran harga daging lokal berkisar di harga Rp110 rbu-115 ribu/kilogram, sementara daging sapi impor berkisar hanya di harga Rp80 ribu/kilogram. 

Perbedaan harga yang cukup mencolok itu membuat pedagang mendapatkan keuntungan jika harga daging lokal dan impor akhirnya disamaratakan.

“Kami sendiri belum bisa memberikan sanksi karena memang belum diatur. Saat berkeliling, kami memberikan sosialisasi agar para pedagang daging ini jujur kepada konsumen,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan pada Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Encus Suswaningsih kepada wartawan.

Encus meminta para pembeli cerdas sebelum membeli untuk bisa membedakan daging sapi lokal dan impor. Secara fisik, sebetulnya perbedaan daging sapi lokal dan impor bisa diketahui. 

Diantaranya dari tekstur daging, jika daging lokal sifat dagingnya lebih kering saat dipegang, beda halnya dengan daging sapi impor yang teksturnya lebih basah karena banyak mengandung air saat dibekukan. 

Dari segi rasa, daging lokal pun sebetulnya lebih enak karena jelas beraroma daging yang sesungguhnya, sementara daging impor rasanya cenderung tawar.

Sementara itu, dari ketersediaan daging sapi jelang Lebaran, di Kabupaten Cirebon masih didominasi oleh daging impor. Saat ini, ketersediaan daging sapi mencapai 1.831 ton, sementara kebutuhan hanya di angka 691 ton.

“Sebetulnya surplus, masih aman. Sehingga bagi pedagang tidak ada alasan untuk menaikkan harga daging,” ucapnya.

Untuk kemungkinan daging sapi yang tercemari penyakit seperti mengandung cacing hati, menurut Encus, pihaknya akan memberlakukan ante mortem, atau semacam pemeriksaan yang menyeluruh dan detil kepada sapi yang  dibawa ke rumah pemotongan hewan.

“Jika kita temukan daging yang mengandung cacing, maka kita akan membuang daging yang mengandung cacing tersebut, tapi bagian dagingnya maish bisa dikonsumsi,” katanya.

Menurutnya, sangat mudah untuk mendeteksi suatu daging yang tercemar cacing hati. Di antaranya, sirosis yang jika dipotong maka akan seperti ada suara pasir.

“Selama ini di Kabupaten Cirebon belum kita temukan daging yang mengandung cacing hati, tapi di daerah lain memang sudah ada,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu pedagang daging di Pasar Pasalaran Naimah (50) mengatakan, daging sapi lokal dan import memang sering disatukan di satu meja. Namun, dirinya sering memberitahukan kepada pembeli jika dirinya memang menjual daging sapi lokal dan impor.

“Saya tunjukkan yang mana yang impor, yang mana yang lokal, tentu dengan harga yang berbeda,” ujarnya.

Menurutnya, dirinya memang pernah mendengar informasi mengenai ketidakjujuran pedagang yang mencampurkan daging sapi lokal dan import namun harganya disamaratakan.

“Tapi pedagang mana saja saya tidak tahu. Kalau saya pikir sih sekarang kan banyak pembeli yang pintar-pintar karena mereka sudah pada punya telepon pintar untuk mencari informasi , sehingga kalau ingin curang tuh takut ketahuan,” ujarnya. (yog)

Sumber: