Selasa 04-04-2017,12:00 WIB
DARMA - Jejak kolam dan makam keramat ditemukan warga Desa Cageur, Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, di kawasan Situs Budaya Makam Eyang Dalem Cageur yang belum diketahui asal usulnya.
|
Tempat wudu para Wali di desa Cageur Kuningan. Foto: Gilang/Rakyat Cirebon |
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) setempat, saat dikonfimasi Senin (3/4), berencana mengembangkan situs budaya itu menjadi objek wisata religi bagi masyarakat.
Situs Eyang Dalem Cageur yang masuk dalam kawasan hutan tropis kelas perusahaan khusus Perhutani Petak 1a Resort Polisi Hutan (RPH) Haurkuning, BKPH Garawangi, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kuningan, berada di bawah pengawasan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Kemudian mengenai Eyang Dalem Cageur, yang bernama asli Embah Satori, merupakan seorang pejuang yang menyebarkan agama Islam di Desa Cageur, sebagai utusan Syeh Datuk Kaliputah (Embah Damarwulan) dari Kerajaan Islam Cirebon.
Menurut warga setempat, Dedi, sebelum ditemukan jejak kolam dan makam keramat itu, ada warga yang mendapat petunjuk melalui mimpi. Bahkan keberadaan kolam dan makam keramat itu sempat dicari oleh perangkat desa.
Namun, tak berhasil ditemukan. Kemudian bersama warga lainnya, mereka mencoba mencarinya hingga berhasil ditemukan jejak kolam dan makam keramat itu akhir bulan Maret 2017 lalu.
“Kami belum mengetahui itu makam siapa. Kalau kolamnya kami pikir merupakan tempat wudu para wali yang dipimpin Eyang Dalem Cageur saat menyebarkan agama Islam di Desa Cageur. Tentunya ini bisa menjadi tempat wisata religi atau ziarah,” kata Dedi.
Diungkapkannya, sebelum dijadikan situs budaya, Makam Eyang Dalem Cageur ini merupakan makam yang dikeramatkan oleh masyarakat. Selain terdapat musala, di dalamnya itu ada empat makam yang diantaranya merupakan petilasan Embah Damarwulan dan Embah Satori.
“Keberadaan makam ini merupakan bukti sejarah penyebaran Islam di Kabupaten Kuningan,” ujarnya.
Kepala BKPH Garawangi KPH Kuningan, Asep Abdul Hay mengatakan, pihaknya akan mengembangkan situs budaya itu menjadi objek wisata religi, dengan pengelolaan melibatkan masyarakat melalui lembaga masyarakat desa hutan.
“Kami lihat situs itu merupakan aset wisata terpendam yang belum dikelola baik oleh masyarakat sekitar, jadi akan kami kembangkan kembali. Bila perlu, jika ada pengusaha yang ingin membuka kolam renang di wilayah selatan silakan. Lokasinya bisa menggunakan lahan dekat kantor kami yang ada di Desa Cageur,” ucapnya.
Asep menyebutkan, Situs Budaya Makam Eyang Dalem Cageur itu berada di dalam kawasan hutan yang masih lestari dan sifatnya hutan sekunder, dengan jenis pohon saninten, rotan dan beringin.
“Kami juga akan menata lokasi itu dengan baik, dan dikelola bersama masyarakat. Ke depannya akan ada lokasi khusus bermain anak,” katanya. (gio )