Program Revolusi Mental belum Ngefek

Program Revolusi Mental belum Ngefek

INDRAMAYU - Mental dan karakter masyarakat Indonesia dinilai masih perlu diperbaiki. Padahal revolusi mental telah digaungkan pemerintah sejak lama, bahkan sudah tergambar dalam Pancasila.
\"program
Angkat lima jari. Foto: Apriyanto/Rakyat Cirebon
Hal itu menjadi bagian dari materi yang disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr Surya Chandra Surapaty PhD dalam kuliah umum di Gedung Dakwah NU Indramayu, Jumat (17/3). 

Diawal penyampaiannya, menyebutkan kependudukan dibentuk dari individu, keluarga, dan masyarakat secara terstruktur. Juga di dalamnya terdapat aspek indeks pembangunan manusia (IPM) yang meliputi pendidikan, kesehatan, dan daya beli.

\"Keberhasilan BKKBN sebelumnya telah menurunkan angka kelahiran dari 5,6 menjadi 2,6 kelahiran. Namun untuk rata-rata lama sekolah masyarakat Indonesia saat ini masih 7,6 tahun, tingkat SD atau SMP,\" jelas pria kelahiran palembang ini.

Dikatakan, mental dan karakter orang Indonesia masih terbilang rendah, serta kapasitas pendidikannya. Ironisnya, masyarakat Indonesia pun masih memiliki 12 sifat yang seharusnya sudah diperbaiki dengan revolusi mental. 

Sifat-sifat tersebut adalah munafik, enggan bertanggung jawab, berjiwa feodal, masih percaya tahayul, arsitik, watak lemah, boros, lebih suka tidak bekerja keras, tukang menggerutu, cepat cemburu dan benci, so (bergaya, red), serta tukang tiru atau plagiat.

\"Sebenarnya revolusi mental sudah tergambar dalam Pancasila. Salah satunya di sila pertama, ketuhanan yang maha esa, yang mana agama tidak mengadu domba, tidak munafik. Namun agama menghargai, menghormati, dan mencintai sesama,\" paparnya.

Untuk itu, dengan kuliah umum bertajuk revolusi mental berbasis Pancasila membentuk generasi muda Indonesia yang berkarakter dan berdaya saing, diharapkan dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik. \"Mahasiswa dan pelajar harus bisa merubah 12 mental seperti yang sedang digaungkan pemerintah, yaitu revolusi mental. Ini agar Indonesia menjadi Indonesia berkemajuan,\" ujarnya.

Sementara Direktur Pasca Sarjana Universitas Wiralodra Indramayu, DR Ir H Tohidin MP mengapresiasi kepala BKKBN yang telah memberikan pemahaman dan wawasan tersebut. Sehingga sangat diharapkan revolusi mental akan berdampak positif pula di Kabupaten Indramayu khususnya, termasuk menekan pernikahan dini.

Sedangkan Kepala BKKBN Kabupaten Indramayu, Drs H Wahidin MM dalam kegiatan yang diselenggarakan kerjasama Universitas Wiralodra dan NU tersebut, menyebutkan ada 418 kasus pernikahan dini usia 13 sampai 15 tahun pada 2016. (tar)

Sumber: