Mau Dikhitan Asal Hiburannya Adu Bagong

Mau Dikhitan Asal Hiburannya Adu Bagong

KUNINGAN -  Ratusan warga dari berbagai daerah berbondong-bondong menyaksikan adu bagong (mengadu ketangkasan anjing memangsa babi) yang diselenggarakan oleh Wahid, seorang warga Blok Kliwon, Desa Mancagar, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan, Rabu (22/2). 

\"Warga
Warga Desa Mancagar nonton adu Bagong. Foto: Aleh/Rakyat Cirebon 
Adu bagong yang diselenggarakan warga Mancagar ini, panitia membuat arena berukuran sekitar 15 X 30 meter yang terbuat dari anyaman bambu dengan ketinggian mencapai sekitar 5 meter. Di bagian pojoknya terdapat kubangan air ukuran sekitar 2 x 2 meter untuk berendam babi hutan. 

Di bagian ujung arena ada sebuah tempat yang dipergunakan menyimpan dan melepas anjing dan babi hutan.

Para penonton melihat dari sekeliling arena yang dibuat dadakan oleh pihak panitia. Cara beradu, babi hutan dilepas ke tengah arena, setelah itu anjingpun dilepas untuk memburu babi hutan tersebut.

Satu anjing diberi waktu sekitar 3-5 menit oleh pihak panitia untuk meburu babi, bila anjing telah berhasil menggigit ataupun sebaliknya tidak bisa mengigit babi, maka anjing segera di tangkap oleh pawangnya, kemudian diganti dengan anjing yang lain. Demikian juga ketika anjing mengalami luka segera diambil oleh pawang anjing yang terus menyaksikan diarena tersebut.

Ketika adu ketangkasan antara anjing dan babi dilakukan, penonton yang berasal dari semua usia dan panitia ramai bersorak memberi semangat terhadap anjing sambil ikut bersuara mengonggong.

Tidak nampak ada rasa ngeri, ataupun belas kasihan para penonton terhadap bagong dan anjing yang terus beradu. Mereka justru menikmati adu bagong tersebut.

Sementara diluar arena ramai oleh pedagang makanan seperti bakso, surabi, siomay, mie ayam dan sejumlah makanan ringan lainnya serta jajanan anak-anak, layaknya sebuah hiburan besar.

Wahid, penyelenggara adu bagong menuturkan bahwa kegiatan ini dalam rangka syukuran khitanan anaknya yang ke lima. Adu bagong sendiri merupakan permintaan anaknya yang ingin dikhitan dengan syarat menggelar adu bagong.

“Adu bagong ini permintaan anak saya, tidak mau hiburan dangdut atau pun naik burok,” kata Wahid yang juga seorang pemburu babi hutan. 

Setelah mendapat beberapa ekor babi hasil buruan, lanjut Wahid, dirinya langsung mengundang teman-teman sesama pemburu dari berbagai daerah seperti Majalengka, Ciamis dan sekitarnya untuk mengadu ketangkasan hewan buruannya melawan bagong.

“Kegiatan ini hanya hiburan serta mengadu ketangkasan hewan buruan, untuk penonton sendiri juga tidak dikenai karcis alias gratis,” ujarnya. 

Diungkapkan Wahid, adu bagong di wilayahnya adalah hiburan rakyat yang pada zaman dulu biasa dilakukan warga, karena minimnya hiburan.

Belakangan adu bangong nyaris jarang dilakukan lagi karena berbagai alasan, setelah belasan tahun baru dilakukan kembali. “Kini kami mencoba kembali melaksanakan hiburan rakyat ini karena banyaknya penggemar dan pemilik anjing pemburu,” tutur Wahid. 

Pada kegiatan yang diselenggarakannya ada 7 babi hutan dan 60 lebih anjing pemburu yang berasal dari berbagai daerah seperti Ciamis, Majalengka dan Kuningan.

Ditambahkan Wahid, hewan babi  bagi petani merupakan hama yang merusak tanamannya, dirinya juga sering diminta oleh masyarakat untuk berburu. “Jika ada yang meminta untuk berburu, kami dengan senang hati,” imbuhnya.

Jaja Sudirja warga Desa Purwasari ketika ditemui di lokasi arena mengaku penasaran ingin melihat tontonan tersebut, yang kebetulan tontonnya tidak dikarcis seperti biasanya. Adu bagong sekarang sangat jarang ditemui warga pun sangat menikmati adu bagong ini.

“Dulu kalau ada adu bangong itu dipungut karcis sebesar Rp10.000, sekarang malah gratis,” kata Jaja.(ale)

Sumber: