Usaha Furnitur Makin Bergairah

Usaha Furnitur Makin Bergairah

CIREBON – Usaha peti kemas milik Yahya kini sudah merambah ke usaha produksi furnitur. Bisnis yang didirikan sejak 18 tahun ini lantaran furnitur berbahan dasar kayu sedang banyak diminati pasar.
\"proses
Proses pembuatan furnitur. Foto: Suwandi/Rakyat Cirebon 
Ramainya permintaan furnitur kayu lantaran makin banyaknya kafe atau restoran yang mengutamakan dekorasi ruangannya dengan furnitur berbahan dasar kayu. Bahkan,  beberapa kafe memesan secara khusus bentuk dan desain furniturnya.

Yahya menuturkan, permintaan furnitur kayu mayoritas dari  pengelola kafe. Banyaknya  pesanan, membuat Yahya sampai kewalahan memenuhi permintaan lokal Cirebon saja. “Kebanyakan dari kafe atau restoran di Cirebon,” ungkapnya kepada Rakyat Cirebon, kemarin.
Sebagian Besar Pesanan berasal dari Kafe dan Restoran 
Menurutnya, tren kafe yang lebih senang mengusung tema rustic membuat bisnis furnitur kayu makin menjanjikan. Hanya saja, bukan sembarang furnitur yang dikembangkannya. Furnitur kayu buatan Yahya lebih menonjolkan kealamian dari kayu.

Ia lebih memilih kayu tines atau jati belanda. Selain tahan lama, kayu jenis ini mempunyai serat alami yang bernilai seni. Bahkan, kebanyakan pelangganya lebih menyukai furnitur polos  tanpa polesan cat dan pewarna lainnya.

“Saya gunakan jati belanda karena dari seratnya juga bagus. Kebanyakan sukanya yang polos. Jadi lebih mudah tinggal kita dempul saja sudah jadi,” katanya.

Berbagai produk furnitur kayu pun dikembangkannya. Mulai dari  permintaan kotak tisu sampai meja bar dilayaninya. Dibantu dengan 11 karyawan, Yahya mampu  memproduksi beragam tipe furniture kayu.

Soal harga,  kata dia, furnitur berbahan dasar kayu jati belanda buatannya dibandrol mulai Rp50 ribu untuk jenis kotak tisu. Harga sangat  bergantung pada ukuran dan desain furniture yang dipesanya. Hanya saja, untuk saat ini kursi box (berbentuk kotak, red) masih menjadi andalan penjualan.

“Kami memproduksi meja kursi, kitchen set dan booth untuk jualan. Tegantung permintaan saja, kalau bisa dikerjakan kmai layani. Harganya sangat bergantung pada modelnya,’ ujar Yahya.

Berkat ketekunannyaa, kini usaha furnitur milik Yahya sudah menghasilkan omzet Rp30 sampai Rp40 juta per bulan. Berkat usahanya tersebut ia bisa mengangkat tenaga kerja lokal. “Kalau omzet sih nggak menentu,” pungkasnya. (wan/mgg)

Sumber: