Pembangunan Senderan Cipager Dinilai Tak Sesuai Spek
Hal itu dapat di lihat dari proses pengerjaanya yang dinilai warga setempat asal-asalan, pasalnya pada waktu pengerjaan pemborong memanfaatkan batu sungai yang ada di sana untuk membuat pondasi dan senderan.
Selain itu juga diduga pemborong tidak mempertimbangkan kekuatan senderan, karena besi yang digunakan tidak sesuai peruntukannya.
Keluhan tersebut sudah disampaikan warga pada pemborong namun tidak dihiraukan. Padahal anggaran pembangunan senderan tersebut hampir mencapai Rp1 miliar.
Informasi yang berhasil dikumpulkan Rakcer menyebutkan, pembangunan yang menghabiskan anggaran senilai Rp922.803.000 dimulai sejak 15 November silam dan akan berakhir pada 25 Desember mendatang. Pembangunan senderan ini merupakan kewenangan dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan (PSDAP).
Warga setempat, A Rifki (34) menilai sejak pertama kali proyek yang merupakan kewenangan PSDAP ini terkesan asal-asalan.
Karena 60 persen pembangunan di duga menggunakan batu dari sungai Cipager.
Ia khawatir senderan tersebut tidak bertahan lama, jika sudah begitu warga yang kembali dirugikan. Mengingat ada sejumlah rumah warga yang terancam longsor.
“Kita menginginkan kualitasnya yang baik. Jangan asal asalan seperti ini, bangunan juga awalnya enggak ada sekat dari tanggul ke bangunan baru, tapi mau langsung diurug dan kami langsung protes, akhirnya dikasih sekat tapi besinya pun asal-asalan juga,” kata Rifki, Kamis (15/12).
Ia melanjutkan, pihak pemborong tidak serius dalam mengerjakan senderan tersebut. Hanya membayar tukang pemecah batu saja yang dibayar sehari Rp200 ribu.
Namun, ketika sudah berjalan lama warga pun protes dan tidak lagi menggunakan batu dari sungai.
“Meski sudah tidak menggunakan batu sungai kami masih menyayangkan, karena yang di pakai batu cadas yang mudah pecah,” sambungnya.
Disinggung sudah berapa persen pengerjaanya, Rifki memperkirakan sudah 60 persen. Melihat waktu pembangunan tinggal beberapa hari lagi, ia pesimis jika pengerjaanya akan selesai tepat waktu.
“Panjang senderan yang harus dikerjakan 40 meteran, tapi sekarang baru selesai kurang dari 30 meter. Dan tinggi yang seharusnya dikerjakan 13 meter dan sekarang paling baru tujuh meteran. Saya yakin tidak bakal selesai dengan waktu yang hanya 10 hari lagi. Sebab pekerja juga sering berhenti karena tidak ada barang,” imbuhnya.
Sementara itu saat dikonfirmasi, pemborong proyek senderan tersebut, Nana menyampaikan, terkait penggunaan batu dari kali sebenarnya atas permintaan warga setempat karena untuk menghindarkan arus sungai yang deras.
Maka katanya, harus membuat jalur air yang agak jauh dari pengerjaan senderan.
Adapun terkait pengerjaan yang asal-asalan, ia mengakui semuanya sudah sesuai dengan yang telah ditentukan.
“Kalau batu wadas itu untuk mengurug saja. Dan insya Allah bisa selesai sampai tanggal 25 Desember nanti,” ujar Nana. (ari)
Sumber: