Sumber Air Ditutup, PDAM Ngaku Merugi

Sumber Air Ditutup, PDAM Ngaku Merugi

Hingga Puluhan Juta Setiap Hari, Direksi Fokus Carikan Solusi

SUMBER – Perusahaan Daerah Air Minum Daerah (PDAM) Tirta Jati Kabupaten Cirebon menyayangkan sikap warga Desa Cikalahang Kecamatan Dukupuntang yang menutup sumber air.
\"Dirut
Dirut PDAM Suharyadi (kiri). Foto: Ari/Rakyat Cirebon

Sehingga mengganggu pelayanan terhadap konsumen PDAM di tiga kecamatan sebanyak 10.000 pelanggan.

Direktur Utama (Dirut) PDAM Tirta Jati, Suharyadi saat dikonfirmasi menyampaikan, persoalan menurunnya debit air di Cikalahang bukan disebabkan oleh penggunaan air oleh PDAM secara berlebihan.

Namun karena faktor kerusakan lingkungan yang membuat penyerapan air rendah.

“Seiring banyaknya pembangunan jalan-jalan, gedung dan pembukaan lahan membuat menurunnya sumber air. Terbukti dulu debit air 100 liter perdetik kini hanya 50 liter,” tuturnya pada awak media Rabu (24/8) saat dikonfirmasi di ruang kerjanya.

Keinginan warga Desa Cikalahang PDAM bertanggungjawab atas kebutuhan air sawah, perikanan dan membuat instalasi air untuk ke rumah-rumah.

Menurut Suharyadi berlebihan, pasalnya dengan debit air 50 liter perdetik tidak mungkin untuk mengaliri sawah dan perikanan.

“Pada pertemuan belum lama ini warga meminta seperti itu dan kami jujur tidak bisa menyanggupi keinginan mereka. Selaku operator penyedia air baku kami hanya menjalankan tupoksi saja,” paparnya.

Sumber air Cikalahang yang awalnya dikelola oleh proyek air bersih (PAB) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) pada 1978. Kemudian pada 1988 diberlakukannya otonomi daerah, yang membuat PAB diserahkan ke perusahaan Negara atau daerah dalam hal ini PDAM.

“Sumber mata air ini melayani tiga kecamatan yakni Suranenggala, Arjawinangun dan Gegesik. Selama ini kami hanya meneruskan saja, tidak menambah sumber mata air lagi ataupun merubah. Semuanya tetap seperti dulu tidak ada yang berubah,” tegasnya.

Oleh karena itu pihaknya menyayangkan sikap warga yang menutup sumber air, sehingga membuat ribuan pelanggan tidak terlayani dengan baik.

Untuk memenuhi kebutuhan konsumen di tiga kecamatan, PDAM mengurangi debit air yang awalnya tiap kecamatan bisa 35 liter perdetik kini hanya 15 liter perdetiknya.

“Selain itu kami juga memanfaatkan air dari pengelolaan yang ada di Kapetakan dan Arjawinangun untuk memenuhi kebutuhan di tiga kecamatan itu,” tandas Suharyadi.

Bukan hanya pelayanan yang terganggu, lanjutnya namun juga PDAM merugi. Setelah dihitung jika warga tetap menutup sumber air maka PDAM setiap harinya akan merugi hingga Rp29 juta.

“Kita sudah mengasumsikan rata-rata setiap pelanggan 15 kubik dibagi 30 hari, hasilnya rata-rata dalam sehari tidak menerima setengah kubik, kemudian dikali 10 ribu pelanggan hasilnya 5 kubik jadi Rp29 juta perhari kerugiannya,” Imbuhnya.

Diakhir Suharyadi menyampaikan, sesuai dengan instruksi Bupati yakni mencarikan solusi terbaik. PDAM akan mengambil langkah-langkah upaya penyelesaian persoalan ini. Suharyadi belum bisa menjelaskan langkah seperti apa.

“Saya minta waktu untuk menyelesaikan persoalan ini. Nanti kalau misalkan sudah siap kami informasikan,” tuturnya.

Ditemui secara terpisah Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Cirebon, R Cakra Suseno menegaskan, dalam waktu dekat pihaknya akan mendatangi sumber air yang ditutup warga.

“Kami belum bisa menyimpulkan, kami akan lihat dulu persoalannya dibawah seperti apa. Kordinasi sih sudah kami lakukan sama PDAM dan nanti pada saat turun kami juga akan melibatkan OPD terkait lainnya,” terang Cakra.

Masih disampaikan Cakra, sebagai operator penyalur air baku pemerintah daerah, PDAM tidak seharusnya disalahkan. Karena perusahaan milik daerah ini hanya menjalankan tugas saja, oleh karena itu ia meminta warga untuk tenang dulu.

“Karena PDAM juga bertanggungjawab pada pelanggannya, kami minta warga bersabar kita cari solusi terbaik. Namun sumber airnya jangan ditutup supaya distribusi air tidak terganggu,” ungkapnya. (ari)

Sumber: