Produksi Pangan Belum Maksimal

Produksi Pangan Belum Maksimal

BANDUNG – Ketahanan pangan di Indonesia dalam penarapannya masih dirasa kurang maksimal. Program pemerintah terkait dengan masalah pangan itu selalu bermasalah lantaran dalam peningkatan produksi pangan yang dilakukan masih secara parsial.
\"sidang
Sidang promosi doktor Herman Khaeron. Foto: Sudirman/Rakyat Cirebon

Hanya beberapa produksi lokal dibeberapa daerah saja yang menjadi fokus pemerintah, seperti padi, jagung dan singkong.

Seperti yang disampaikan oleh E Herman Khaeron dalam Sidang Prommosi Doktoralnya Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, Kamis (21/7) siang. Politisi yang disapa akrab Kang Hero itu menyampaikan, bahwa saat ini strategi pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan belum memiliki strategi disversifikasi yang terintegrasi.

“Anggaran pemerintah hanya terfokus pada padi, jagung, kedelai,” katanya.

Faktor lainnya yang menyebabkan masih kurang maksimalnya produksi pangan di indonesia, menurutnya adalah konsumsi pangan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia.

Sejak zaman dulu hingga sekarang, masyarakat Indonesia saat ini masih bergantung pada produksi beras.

Dan, konsumsi pangan alternatif lainnya yang dicanangkan seperti pangan hewani. Yakni, ikan, umbi-umbian sayur dan buah-buahan.

Sayangnya, kata Hero konsumsi pangan hewani tersebut ternyata masih belum dimaksimalkan oleh masyarakat dan pemerintah Indonesia.

Sehingga, sambungnya, sudah sepatutnya ada perubahan yang fundamental demi mampu meingkatkan produksi pangan di indonesia.

\"Oleh karena itu, perlu adanya perubahan yang fundamental, berupa kebijakan spesifik berbasis sumber daya lokal,\" kata Hero.

Sementara itu, Menteri Pertanian, Amran Sulaeman usai menghadiri Sidang Promosi Doktoral Herman Khaeron, kepada sejumlah awak media mengatakan, gagasan-gagasan yang ada dibahas dalam desertasi herman Khaeron diakuinya, merupakan gagasan-gagasan yang cukup bagus.

Amran bilang, dalam disertasi Hero, permasalahan yang dibahas dalam pengimplementasaiannya adalah tentang budaya masyarakat.

Dimana masyarakat Indonesia masih enggan untuk mengkonsumsi makanan pokok selain beras.

Bahkan, masyarakat mengganggap, jika memakan produksi pangan laternatif, seperti jagung atau kedelai dianggap memiliki kesejahteraan yang rendah.

“Segi sosial budaya ini memang menjadi permasalahan yang cukup mengahmbat,” katanya.

Namun Arman memastikan, hal ini sudah dilakukan oleh pemerintah dan terus mendorong hal tersebut untuk bisa dilakukan oleh masyarakat.

\"Walau ada hambatan, terus kita dorong. One day no rice jangan berhenti. Harus terus dilakukan,\" tandasnya. (man)

Sumber: