Metode IPHA Bantu Jaga Kesehatan Ekologi untuk Capai Swasembada Pangan

Metode IPHA Bantu Jaga Kesehatan Ekologi untuk Capai Swasembada Pangan

TEKNOLOGI. Kepala BBWS Cimanuk-Cisanggarung, Dwi Agus Kuncuoro menunjukan teknologi alat dan mesin pertanian khusus untuk menyokong pertanian teknik IPHA. FOTO : SUWANDI/RAKYAT CIREBON--

CIREBON - Swasembada pangan jadi tema besar sektor pertanian. Berbagai upaya dilakukan dari hulu ke hilir. Mulai dari perluasan lahan, efesiensi distribusi pupuk dan metode yang tepat untuk menggenjot hasil panen. 

Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung (Cimancis) turut serta mensukseskan salah satu asta cita pemerintah tersebut dengan menggagas metode irigasi padi hemat air (IPHA). 

Kepala BBWS Cimancis, Dwi Agus Kuncoro mengurai, IPHA merupakan metode budi daya padi yang bertumpu pada efesiensi penggunaan air. Metode ini terbukti menghemat biaya produksi, meningkatkan hasil panen serta berkontribusi menjaga kesehatan lingkungan.

"Ini dalam rangka melaksanakan visi dan misi Presiden untuk mendukung swasembada pangan, maka dibutuhkan suplai air untuk irigasi atau pengairan sawah," jelas dia saat memaparkan metode IPHA di hadapan para petani, Senin (1/12/2025).

Hal ini dilatari tingginya kebutuhan air dalam budi daya padi. Banyaknya kebutuhan air irigasi, terkadang memaksa masyarakat untuk melakukan pompanisasi pengambilan air melalui sungai atau saluran yang ada.

Di sisi lain, kebutuhan air yang tinggi membuat bendungan dipaksa mensuplai air. "Kalau motode konvensional itu boros air. Terutama saat kemarau yang pasokan airnya tidak sebanyak musim hujan," kata Dwi. 

BBWS Cimancis telah melakukan uji coba budi daya padi menggunakan metode IPHA secara serentak pada total lahan 16.000 hektar mampu menghemat air hingga 34 juta M³.

Dwi melanjutkan, IPHA adalah langkah progresif. Namun dalam pelaksanaannya, budi daya metode IPHA memerlukan adaptasi dalam bertani , Perlu langkah-langkah kooperatif, Alsintan IPHA akan mengubah. 

Dengan teknik ini, penggunaan air dapat dioptimalkan sehingga sebaran air irigasi dapat lebih merata dari hulu ke hilir. 

Metode IPHA memang masih awam bagi petani Indonesia. Terlebih harus ada penyesuaian saat benih padi dipindahkan dari semai ke tanam yakni penancapan benih harus membentuk konfigurasi L dan dangkal. 

Sedangkan kebiasaan petani saat menanam benih padi ditanam lurus dan dalam di lahan. Dengan kebiasaan tersebut, penyesuaian cara tanam secara manual butuh waktu lama. 

Oleh karena itu, BBWS Cimanuk-Cisanggarung menginisiasi penggunaan transplanter, penyiang gulma, mesin pompa air hingga alat pembasmi tikus khusus untuk pertanian teknik IPHA. Semua alat itu dirancang menggunakan materai litium sebagai penggeraknya. 

Energi dari baterai ini didapat dari panel surya yang dipasang di atas transplanter. 

"Sumber energinya bisa dari solar panel karena di sawahkan panas. Kita manfaatkan energi matahari. Bisa juga dicas kita siapkan juga chargernya," kata Dwi. 

Sumber: